Ilustrasi zona larangan terbang - File Twitter |
Forum Muslim - Akhirnya No Fly Zone (NFZ) dalam kesepakatan pembentukan 'Safe Zones' diberlakukan di Syria. Tahun lalu, NFZ di Syria menjadi salah satu momok yang sering saya tulis, terutama saat mengingat kehancuran yang dibawanya di Yugoslavia, Afghanistan, Iraq dan terakhir Libya.
Namun mengapa kali ini status-status saya terasa berbeda soal Safe Zones dan NFZ yang sepaket dengannya?
NFZ, punya makna dan maksud berbeda, tergantung inisiatornya. AS dan NATO, punya track record mengerikan dalam penerapan NFZ (yang seharusnya mengaktifkan 'Safe Zone') yang akhirnya menghancurkan banyak negara dan menihilkan Safe Zones yang dijanjikannya.
Harusnya, NFZ mengaktifkan ketentuan larangan terbang terutama bagi pesawat tempur bagi semua pihak, dan dengan demikian, juga melarang aktivitas pemboman dan reconnaissance. Dengan demikian, NFZ akan memaksa seluruh pihak yang berseteru untuk menghormati Safe Zones, dan menghentikan 'permusuhan' meski sementara.
Pada akhirnya, pengungsian dan distribusi bantuan pada penduduk sipil menjadi memungkinkan, dan mengurangi potensi penyanderaan seperti yang terjadi di Aleppo, Foua - Kafarya dan Deir Ezzor, secara signifikan. Ini yang dimaksud dengan NFZ sebagai bagian integral Safe Zones.
Problemnya, AS dan NATO menciptakan definisi sendiri soal NFZ ini. Bagi mereka, NFZ adalah zona larangan terbang untuk pesawat tempur, selain jet tempur milik mereka. Pengertian sepihak ini juga membuat mereka leluasa melakukan pemboman terhadap target manapun di darat maupun dan udara tanpa hambatan dan hadangan pesawat tempur lawan.
Kadang, blitzkrieg yang sudah direncanakan sepaket bersama NFZ ala AS - NATO ini dioperasikan secara cepat dan efisien, seperti kasus Libya. Saat Rusia menyadari bahwa dirinya kembali ditipu oleh Washington, dan hendak mengukur respon reaksi, NFZ yang sempat berlangsung beberapa hari cukup untuk menghancurkan semua elemen defensif di Libya, hingga akhirnya terwujud total chaos hingga sekarang.
NFZ yang diberlakukan di Syria sebagai hasil perundingan Astana, merupakan gerakan kembali ke fitrah, yang patut diapresiasi oleh semua pihak yang menginginkan konflik segera berakhir, atau paling tidak berkurang intensitasnya.
Dalam penerapannya, NFZ kali ini akan melarang kegiatan seluruh armada tempur udara (kecuali pesawat dan helikopter logistik), termasuk pemboman dan recon. Peraturan ini secara legal mengikat Rusia, Syria, Turki dan Iran, serta negara lain termasuk AS, NATO dan Israel.
Pertarungan teknikalitas diplomatis sangat penting untuk dipahami, supaya kita tak mengulang nasib Moskow soal Libya, dan malah meniru kemarahan Washington di Syria saat ini (Sumber : Helmi Aditya)
Komentar
Posting Komentar