James Petras - File naiz.eus |
Forum Muslim - Setelah baca bukunya James Petras, Zionisme dan Keruntuhan Amerika Serikat, minyak ternyata tidak selalu jadi motif utama AS menyerang Afghanistan dan Irak.
Khusus Irak, yang memang masuk kawasan Timur Tengah, sebetulnya malah hajatan Israel, yang dimainkan oleh para agen-agen tingkat tingginya di Washington, yang berada di bawah naungan Zionist Power Configuration (ZPC). Atau kalau di Indonesiakan berarti Galangan Kekuatan Zionis/Yahudi.
Jadi rupanya, menurut Petras, ZPC itu bukan sekadar lobi Yahudi untuk menggolkan beberapa agendanya di Timur Tengah bisa lolos di Gedung Putih atau Capitol Hill. Lebih dari itu, ZPC ini merupakan sebuah kekuatan sekaligus gerakan menegaranya kepentingan Israel menjadi Kebijakan Aksi Pemerintah AS. Baik melalui eksekutif pemerintahan, kongres, dan bahkan dengan dukungan pembentukan opini yang dibangun melalui berbagai komunitas akademik di perguruan tinggi maupun lembaga lembaga kajian/think-thank. Dan tentu saja setelah itu aksi pembentukan opini digulirkan lewat media massa.
Maka, keputusan Bush menginvasi Irak itu, menurut Petras, dari segi kepentingan Israel, malah bukan untuk merebut kontrol minyak Irak, melainkan untuk menghancur-leburkan Irak berikut peradabannya, yang dalam estimasi intelijen Israel, merupakan ancaman yang bisa menghalangi usaha Israel untuk menjadi kekuatan dominan di kawasan Timur Tengah.
Jadi target utamanya bukan seperti yang kita bayangkan ketika AS menginvasi dan menduduki Irak. Serbu, tumbangkan Saddam Hussein, lalu kuasa ladang minyaknya. Bentuk pemerintahan boneka di Irak yang pro AS.
Semua itu memang tahapan yang sudah ditempuh AS. Tapi ketika dalam prosesnya mengalami komplikasi, yang mana kemudian malah menciptakan gelombang perlawanan rakyat Irak terhadap pendudukan Irak. Lalu kelompok2 gerilya perlawanan terbentuk di Irak dan bekerjasama dengan penduduk Irak, maka yang terjadi semua skenario itu meleset.
Tapi menariknya dalam analisis Petras, melesetnya skenario AS itu, justru memang itu yang dituju oleh kaum Zionis Israel melalui skema ZPC yang berhasil mendikte Pentagon untuk menyerang Irak pada 2003.
Karena dalam strategi invasi ke Irak itu, dalam skenario di benak para pemain kunci ZPC, terciptanya perang berkesinambungan di Irak, tentara AS bukannya dikurangi malah ditambah terus-menerus, dan kemudian mengondisikan terpecah-belahnya berbagai kelompok antar agama, antar mahzab di Islam, dan antara suku arab dan suku Kurdi.
Melalui skenario invasi ke Irak lewat tangan AS itulah, tujuan strategis Israel adalah menghancurkan Irak sebagai sebuah peradaban. Bukan sekadar mau merebut kontrol atas ladang ladang minyak di Irak.
Karena dalam strategi invasi ke Irak yang jadi sasaran sesungguhnya kaum zionis ZPC itu, bukan rekonstruksi Irak pasca Saddam Hussein yang mungkin dibayangkan para perancang kebijakan AS yang merasa itu merupakan konsepsi murni pemerintahan Bush. Sedangkan dalam skema kaum ZPC yang berhasil menjajah sektor esekutif dan legislatif AS, kekacauan dan keterpecahbelahan Irak sebagai bangsa pasca Invasi AS ke Irak, merupakan tujuannnya yang sesungguhnya.
Untungnya, karena situasi yang berlarut-larut di Irak itu, skenario Israel selanjutnya untuk melakukan hal sama di Suriah dan Iran, jadi tidak maksimal. Padahal, dalam skema ZPC, Suriah dan Iran, merupakan sasaran utama selanjutnya setelah Irak. ( Sumber : Hendradjit)
Komentar
Posting Komentar