|
Nahdlatul Ulama |
Forummuslim.org - Fenomena mendadak NU itu sebenarnya sudah terjadi sejak Al-maghfur lahu Gus Dur jadi Presiden. Saya pernah lihat di kediaman beliau di Warung Silah banyak orang datang mengantri untuk bertemu beliau, dan hampir semuanya mengaku sebagai warga Nahdliyyin, termasuk juga yang keturunan Tionghoa. Saya perhatikan tidak ada satupun dari mereka yang antri itu mengaku sebagai warga Muhammadiyah, anggota Persis, apalagi PK (Partai Keadilan). Bahkan Presiden PK ketika itu--Dr. Nurmahmudi Ismail--ketika dipilih Gus Dur sebagai Menhutbun (Menteri Kehutanan dan Perkebunan) pun mengaku sebagai Warga Nahdliyyin asal Kediri.
Jadi, bukan baru kali ini fenomena mendadak NU itu terjadi.
Tulisan ini merupakan hasil ingatan saya terhadap perjalanan politik NU Pasca Reformasi. Mungkin dari sini, dapat ditelusuri jejak fenomena "Mendadak NU" seperti yang kemarin ramai dibincangkan, Netizen.
Fenomena digandrunginya NU atau pemikiran pesantren di Tanah Air ini mulai terlihat pada masa jelang jatuhnya kekuasaan rezim Orde Baru. Saya menyimpulkan bahwa satu panggungnya Cak Nun di acara takbir akbar di Monas pada Lebaran tahun 1997, merupakan momentum awal bangkitnya pemikiran pesantren di panggung politik nasional.
|
Gus Dur |
Cak Nun menjadi pembuka diterimanya Gus Dur oleh Presiden Soeharto menjelang masa-masa lengsernya. Tentu menjadi pertanyaan, kenapa Cak Nun? Kenapa bukan Gus Dur? Jawaban dari pertanyaan itu, justru saya dengar dari Bang Faisal Motik--salah seorang senior HMI--ketika acara berbuka puasa di kediamannya. Faisal Motik, yang mempunyai kedekatan dengan salah satu putera Cendana ini mengatakan bahwa belum diterimanya Gus Dur oleh Pak Harto itu, disebabkan Pak Harto berpegang kepada falsafah Jawa, yaitu tidak boleh ada dua raja. Saya pun heran dengan pernyataan "tidak boleh ada dua raja itu". Sambil humor Faisal Motik mengatakan, " lho emang iya, Pak Harto itu khan raja Indonesia (pada saat itu)." Saya pun menimpali, " Lah, kalau Gus Dur, bang?" Secara spontan, Faisal membalas, " ya, Rajanya NU lah." Kontan, semua yang hadir di situ tertawa.
Pasca peristiwa satu panggung dengan Pak Harto, di acara dialog di Masjid UI Depok, ba'da sholat Jum'at (1997), Cak Nun seperti mengisyaratkan bahwa kekuasaan Orde Baru tidak lama lagi. Saya yang hadir sebagai pendengar pada saat itu, masih ingat bahwa Cak Nun menyebut-nyebut nama Gus Dur sebagai orang yang akan menyelamatkan bangsa termasuk "menyelamatkan" harga diri Pak Harto pasca lengser dari kekuasaan.
Oleh; KH. Abdi Kurnia Djohan, MA
Artikel Terkait
Komentar
Posting Komentar