Tanpa banyak disinggung media-media arus utama (maintream), apalagi media Indonesia yang justru sibuk berbohong soal prestasi jokowi di tingkat Asia Pasifik, tahun 2016 tercatat sebagai tahun pembantaian rakyat Palestina terbesar selama 10 tahun oleh regim zionis Israel.
Seperti dilaporkan Veterans Today pada 3 Januari mengutip laporan media Palestina Ma’an news, selama tahun 2016 Israel membunuh 111 rakyat Palestina termasuk 33 anak-anak. Ini menjadikan tahun tersebut sebagai tahun pembantaian terbesar rakyat Palestina oleh Israel selama satu dekade terakhir.
"Menurut laporan Ma’an News,tahun lalu (2016) juga menjadi tahun paling berdarah bagi anak-anak Palestina sepanjang 10 tahun," tulis Veterans Today.
Sejak October 2015 wilayah Tepi Barat mengalami serangan-serangan massif dan sistematis oleh tentara Israel untuk menghentikan aksi-aksi protes rakyat Palestina di wilayah itu atas pendudukan Israel. Dalam keputus-asaan, sejumlah warga Palestina membalas dengan melakukan aksi penikaman yang biasanya berujung maut bagi pelakunya sementara korbannya hanya terluka.
Jika ditambahkan dengan korban yang jatuh sejak 2015 tersebut, warga Palestina yang meninggal oleh aksi kekerasan Israel mencapai 246 orang. Dari jumlah itu, berarti antara Oktober hingga Desember 2015 saja jumlah warga Palestina yang meninggal mencapai 135 jiwa.
"Sebagian besar warga Palestina yang meninggal itu, 97% di antaranya meninggal karena ditembak dan dibunuh oleh tentara dan polisi Israel," tulis laporan tersebut.
Atas aksi-aksi kejinya itu Israel telah mendapat kecaman dari lembaga-lembaga pembela HAM, termasuk juga oleh PBB, termasuk aksi Israel yang berlebihan terhadap pelaku penimakan oleh warga Palestina.
Sebagian besar warga Palestina yang menjadi korban berasal dari wilayah Hebron, yaitu sebanyak 30,6 persen. Di antara korban meninggal tersebut juga terdapat 12 wanita dan 33 anak-anak, demikian seperti diklaim Defense for Children International Palestine.
Kelompok ini mengatakan bahwa 81 anak-anak Palestina terluka sepanjang 2016, “sebagian besar dari mereka karena tindakan aparat keamanan Israel,” seraya menambahkan bahwa dalam sjumlah kasus aparat Isral melarang petugas medis memberikan pertolongan kepada anak-anak yang terluka hingga mereka meninggal.
Seperti dilaporkan Veterans Today pada 3 Januari mengutip laporan media Palestina Ma’an news, selama tahun 2016 Israel membunuh 111 rakyat Palestina termasuk 33 anak-anak. Ini menjadikan tahun tersebut sebagai tahun pembantaian terbesar rakyat Palestina oleh Israel selama satu dekade terakhir.
"Menurut laporan Ma’an News,tahun lalu (2016) juga menjadi tahun paling berdarah bagi anak-anak Palestina sepanjang 10 tahun," tulis Veterans Today.
Sejak October 2015 wilayah Tepi Barat mengalami serangan-serangan massif dan sistematis oleh tentara Israel untuk menghentikan aksi-aksi protes rakyat Palestina di wilayah itu atas pendudukan Israel. Dalam keputus-asaan, sejumlah warga Palestina membalas dengan melakukan aksi penikaman yang biasanya berujung maut bagi pelakunya sementara korbannya hanya terluka.
Jika ditambahkan dengan korban yang jatuh sejak 2015 tersebut, warga Palestina yang meninggal oleh aksi kekerasan Israel mencapai 246 orang. Dari jumlah itu, berarti antara Oktober hingga Desember 2015 saja jumlah warga Palestina yang meninggal mencapai 135 jiwa.
"Sebagian besar warga Palestina yang meninggal itu, 97% di antaranya meninggal karena ditembak dan dibunuh oleh tentara dan polisi Israel," tulis laporan tersebut.
Atas aksi-aksi kejinya itu Israel telah mendapat kecaman dari lembaga-lembaga pembela HAM, termasuk juga oleh PBB, termasuk aksi Israel yang berlebihan terhadap pelaku penimakan oleh warga Palestina.
Sebagian besar warga Palestina yang menjadi korban berasal dari wilayah Hebron, yaitu sebanyak 30,6 persen. Di antara korban meninggal tersebut juga terdapat 12 wanita dan 33 anak-anak, demikian seperti diklaim Defense for Children International Palestine.
Kelompok ini mengatakan bahwa 81 anak-anak Palestina terluka sepanjang 2016, “sebagian besar dari mereka karena tindakan aparat keamanan Israel,” seraya menambahkan bahwa dalam sjumlah kasus aparat Isral melarang petugas medis memberikan pertolongan kepada anak-anak yang terluka hingga mereka meninggal.
[Sumber :Indonesian Free Press]
Komentar
Posting Komentar