Tulisan dari Maimon Herawati ini saya dapatkan di WA. Konon penulisnya pernah S3 di Inggris. Saya ingin memberi tanggapan. Sebelumnya, ini isi tulisannya, saya copas utuh.
Latar Tragedi Kemanusiaan Suriah: Syiah Minoritas Berkuasa
Bapak Bashar Assad (Hafez Assad) pernah menunjukkan pada dunia kekejamannya dahulu. Dia membunuh 45 ribu Sunni di Hamma pada 1982.
Jenazah mereka tidak boleh dikubur. Siapa yang mendekat dibunuh. Wartawan sekaliber Robert Fisk saja sampai sulit mendefenisikan kekejaman ini.
Hamma adalah pusat gerakan Ikhwanul Muslimin.
Hafez Assad adalah pemimpin hasil mengkudeta yang berasal dari minoritas syiah alawi.
Bashar Assad melakukan genoside kedua di Hamma pada 2012.
Bashar juga membunuh warganya dengan brutal menggunakan zat kimia.
Pegang data ini sebelum anda bilang kalau saat ini yang terjadi adalah murni pemberontakan pada pemerintah yang sah! Ini kerangka utama konflik Suriah.
Minoritas syiah menguasai, tak memberikan kesempatan mayoritas sunni terlibat dalam kegiatan politik kenegaraan. Kehidupan politik dikekang.
Adapun pihak asing masuk, itu setelah yang di atas. Dan asing membawa misi masing². Iran karena ideologi syiahnya, Rusia Cina karena minyak dan persekutuan mereka. Amerika dan sekutu karena pengamanan tambang minyaknya.
Dan kita, karena kita manusia dan terikat akidah dengan korban di sana. Innamal mukminunal ikhwah… Muslim itu bersaudara. Dia tidak boleh meninggalkan mereka…..
Indonesia, belajarlah…
Tanggapan untuk Maimon Herawati
Dalam mengamati sebuah fenomena, intelektual biasanya akan menggunakan teori dan perspektif. Teori itu bagaikan kacamata. Dengan menggunakan kacamata berwarna biru, Anda akan melihat fenomena itu biru. Bila kacamata Anda merah, fenomena pun tampak merah. Salah kacamata dan salah data, analisismu jadi menggelikan.
MH menggunakan perspektif sektarian dalam melihat konflik Suriah, tepatnya perspektif Ikhwanul Muslimin. Argumen yang dibangun MH: karena dulu Hafez Assad membantai para aktivis IM, maka adalah sah bila sekarang aktivis IM melakukan pemberontakan terhadap Bashar Assad. Karena kebetulan Hafez adalah penganut Alawy (bukan Syiah, seperti disebut MH) dan IM Sunni, MH langsung mengambil kesimpulan bahwa ini adalah problem Sunni-Syiah.
Mungkin MH perlu sesekali baca textbook, bukan sekedar berita online (atau: “kata teman saya orang Suriah di Inggris”). Misalnya, Hinnebusch (2007) menulis, Assad memilih untuk ‘tidak menjadi pemimpin kaum Alawy’ dengan cara mengangkat orang-orang di luar Alawy menjadi tokoh-tokoh penting di pemerintahan dan militer. Menurut data yang dikumpulkan Hinnebusch, para pemimpin militer 43% Sunni dan 37% Alawy, sementara kompisisi menteri Sunni 58%, Alawy 20%, sisanya diisi oleh Druze, Ismaili, dan Kristen.
Komposisi menteri-menteri Bashar Assad juga beragam, mengakomodasi seluruh agama/mazhab. Sekedar info, Menteri Pertahanan Suriah saat IM kembali angkat senjata, Dawoud Abdallah Rajiha, adalah penganut Kristen Ortodox. Dia tewas pada Juli 2012 dalam aksi bom bunuh diri “mujahidin”.
MH membangun argumen: karena dulu Hafez jahat pada IM, maka sah bila IM memberontak pada Bashar. Terasa aneh ga? Yang jahat bapaknya, kok yang diserang anaknya? Apa pernah Bashar melakukan pembunuhan massal kepada IM, seperti ayahnya? Perhatikan, kejahatan Bashar yang dituduhkan MH adalah pasca pemberontakan IM, bukan sebelumnya. Bukankah sebelum IM memberontak tahun 2011, Bashar justru melindungi aktivis IM, Khaled Mash’al (pejuang HAMAS, Palestina), mengizinkannya berkantor di Damaskus, ketika ia ditolak negara-negara Arab lainnya?
MH menganggap sah pemberontakan yang dimotori IM, artinya, mengganggap sah segala aktivitas IM selama ini dalam upayanya menggulingkan Assad, termasuk bekerja sama dengan para sponsor utama Israel: AS, Inggris, Perancis. Mau tahu apa yang dilakukan para elit IM?
Pada 2011, aktivis IM (bersama faksi lain, tapi mayoritas IM) membentuk Syrian National Council di TURKI, sebagai basis “perjuangan” menggulingkan Assad. Salah satu tugas SNC adalah menyuplai dana dan logistik untuk Pasukan bersenjata Free Syrian Army. Darimana duitnya? Tentu saja dari para sponsor: AS, Inggris, Prancis, Turki, Qatar, dan Arab Saudi. (Ehm, sadar sekarang, mengapa aktivisi IM di Indonesia terpesona pada Turki?)
Karena SNC tidak bergigi dan operasi penggulingan Assad tidak berhasil cepat, AS pada Nov 2012 membentuk Syrian National Coalition for Opposition and Revolutionary Forces (SNCORF), di Doha, Qatar. Pimpinannya adalah Moaz Al Khatib. Moaz yang awalnya “ustadz” kemudian diundang ke istana Perancis bertemu Hollande, membincangkan strategi penggulingan Assad, bertemua Menlu AS, Inggris, dll
Berikut ini beberapa foto Moaz:
moaz-al-khatib
waktu masih jadi ustadz
moaz-al-khatib Bersama Menlu AS, John Kerry, setelah jadi “pemimpin oposisi”
Terakhir, ada satu hal penting yang tidak disinggung oleh MH: mengapa Hafez Assad menyerbu Hama tahun 1982? Apa dia membunuhi warganya tanpa alasan (atau versi MH: semata-mata karena Hafez Syiah –padahal Alawi- dan orang Hama Sunni)?
Tentu tidak. Penyebabnya adalah karena IM (dengan didukung oleh negara-negara asing, terutama negara Barat, Jordan, dan Israel) menggalang pemberontakan bersenjata untuk menggulingkan Assad. Dr. Tim Anderson mengutip buku Patrick Seale (1988) Asad: the struggle for the Middle East, yang menceritakan kronologi pemberontakan Hama; dimana banyak senjata buatan AS ditemukan. Jumlah korban pun masih simpang siur hingga kini, hanya ada klaim-klaim. Yang jelas, tidak ada angka 45ribu seperti disebut MH.
Saya menentang perang dan pembunuhan. Tapi sekedar menyodorkan perspektif: analoginya, bila aktivis IM di Indonesia (ada lho, berafiliasi dengan partai anu) dapat duit dan senjata dari AS, lalu angkat senjata, main bom sana-sini, menurutmu, apa yang akan dilakukan oleh Presiden dan TNI? Think!
Karena IM bukan ideologi mayoritas bangsa Indonesia (sebagaimana juga tidak di Suriah), jadi saya ulangi saja kata-kata MH: Indonesia belajarlah…
Nah, balik ke “kacamata”. Saya menawarkan kacamata yang lain untuk melihat fenomena ini: kacamata ekonomi-politik. Kuncinya: follow the money. Menurut kalian, mengapa sejak awal AS, Inggris, Perancis mau mensponsori pemberontakan IM? Tentu bukan karena baik hati ingin membantu “gerakan Islam”. Silahkan cek soal kekayaan alam Suriah, terutama di Golan, dan perseteruan soal jalur pipa minyak. [Sumber : dinasulaeman.wordpress.com]
Komentar
Posting Komentar