Sebuah Catatan Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki Menuju Jakarta Untuk Melakukan Aksi Super Damai 212 (4)
Lima menit kami berada di ruangan Kapolres Ciamis, beliau masih muda
namun tampak berwibawa. Obrolan dimulai dari pertanyaan yang datar,
"gimana kondisi anak-anak Pak kiyai?" "Sehat Pak alhamdulillah", Saya
menimpali pertanyaan beliau, "sampai mana anak-anak Jalan kaki?" Tanya
Kapolres,
"Sekuatnya aja Pak", jawab saya,
Selanjutnya beliau mengatakan "pada dasarnya tidak Ada larangan apapun
bagi perusahaan PO Bus yang ada cuma himbauan aja." "Iya Pak, bagus"
kata saya,
terus beliau menyuruh mengambilkan himbaun Kapolda dalam map dan
diberikan pada saya. Saya pamitan pada Kapolres, beliau mengantar saya
sampai luar gedung bersama Kanit Intel,
Saya bergegas menuju Jalan poros utama mencegat rombongan namun agak
lama menunggu karena jarak antara Mesjid Agung dan Mapolres sekitar 8
km. Tiba-tiba perut saya agak murilit, baru ngeuh saya belum sarapan
sejak pagi, saya berjalan agak beberapa puluh meter ke depan mencari
warung nasi tapi tidak ketemu, yang ada tukang bakso ya udah saya
mesen bakso dua mangkok untuk saya dan teman saya, baru mencicipi
kuahnya dua sendok terdengar suara Korlap orasi dari mobil komando
datang mendekat, buru buru saya bayar dan merapat ke rombongan. Saya
ambil hp Samsung untuk mengambil photo dan siaran langsung melalui fb
,10 menit jalan kaki terdengar suara adzan solat duhur, tepat di
samping kanan ada mesjid besar namanya Mesjid Al Ghoni, kami berembug
dan diputuskan santri putri solat di situ, santri putra suruh Jalan ke
depan setengah kilometer menuju Mesjid Nurul Iman untuk melakukan
solat dhuhur berjamaah, disarankan jamak dan qhosor,
Kurang lebih satu jam kita istirahat, kita kasih komando lagi semua
peserta jalan kaki masuk mesjid untuk diberikan pengarahan lanjutan
tak lupa pekikan kata ista'idduuu,,, serempak dijawab labbaikk,,
takbiirr,,, Allohu Akbar Allohu Akbar,, semua keluar dari mesjid,
Mobil komando di depan dan Jalan kaki dilanjutkan,
Baru 5 menit berjalan hujan turun tapi peserta tidak bergeming,
melangkah dan terus melangkah. Waktu saat itu menunjukan jam 13.00
wib.
Selama dua jam perjalanan belum ada sambutan apapun dari masyarakat
sekitar yang terlewati, baru ketika sampai di Sindang Kasih saya kaget
banyak masyarakat berjejer sepanjang Jalan padahal saat itu hujan
lebat, anak-anak mengucapkan takbiir, ibu-ibu banyak yang berkata "sok
ujang diduakeun ku ema sing salamet sarehat sing sabar da keur ngabela
agama" (didoakan sama ibu biar selamat sehat dan sabar sebab lagi
membela agama). Banyak sekali ibu-ibu yang menyediakan makanan dan
minuman bahkan ada seorang ibu lagi panen mentimun di sawah langsung
dibawa diberikan pada peserta sambill menagis entah apa yang
membuatnya jadi menangis, dan secara spontas seorang nenek memberikan
uang lima puluh ribu, ada juga yang seratus ribu,, tak kuasa saya
menahan haru, ada perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,
hanya air mata yang meleleh yang menjadi jawaban.
Di tengah guyuran hujan semuanya terus berjalan tak peduli lagi baju
basah kuyup cuaca dingin kalah dengan panasnya api semangat jihad yang
menyalak, saya ambil hp yang terbungkus plastik agar tidak kehujanan
untuk liat jam dan mengabadikan moment indah yang tak akan pernah
terlupakan,, telpon berdering, saya angkat, "Assalamualaikum, Pak ini
saya dari Inews TV mau wawancara 5 menit lagi", "entar tunggu 10 menit
lagi biar sekalian istirahat jawab saya singkat". Di ujung telpon
mnjawab baik Pa terimakasih. Pas 10 menit yang dijanjikan hp bunyi
lagi dengan nomor yg sama, "Pak saya dari Inews siap untuk
wawanacara". "OK siap". Tapi tiba-tiba hp jadi buram, ternyata
batunya hampir habis. Saya cari peserta yang bawa power bank, lama
juga nyarinya akhirnya dapat juga dari Kiyai Maksum, hp tersambung
dengan Power bank dan wawancara selama 5 menit sambil berjalan, kita
tidak tau pemberitaan media apapun karena fokus Jalan kaki. Kondisi
mulai agak kikuk, hp terus berdering selang satu menit bahkan banyak
yang berbarengan masuknya, masuk lagi telpon dengan nama Kiyai Senior
beliau bertanya "Sudah sampai mana?", "Cikole Kang" jawab saya.
"Sekarang mah Kapolri udah mencabut larangan bus, barusan ada di
siaran TV One" katanya. "perjalanan gak usah dilanjutkan" saya jawab
"iya Kang, nanti saya musyawarah di Pesantren Cikole" telepon ditutup
dan kita terus Jalan menuju Pesantren Cikole yang menjadi destinasi
pos 1 sesuai peta Jalan yang Sudah dibuat. Hp berdering lagi, saya
angkat, "asalamalaikum ini aang (panggilan saya di santri dan orang
tua) gimana anak saya ikut engga?" "Ikut Kang,,,,", "gimana engga
sakit?" "Insya Alloh sehat" sambil terus Jalan di tengah hujan.
Pikiran mulai agak kacau sebab telpon bejibun yang masuk belum lagi
konfirmasi dari orang tua santri,
(sumber : facebook.com/nonop.hanafi)
Komentar
Posting Komentar