Sebuah Catatan Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki Menuju Jakarta Untuk Melakukan Aksi Super Damai 212 (17)
Turun dari paodium wartawan terus menyerang dengan rentetan
pertanyaan, " jadi bagaimana jadinya besok itu lanjut jalan kaki atau
naik bus?", "Jawabannya besok tergantung hasil rapat tim kecil " kata
saya. Wartawan dibuat bingung karena tidak ada kepastian jawaban, dan
itu faktor kesengajaan agar para kuli tinta semakin penasaran dan
lensa kamera tidak berpaling dari peserta long macrh sehingga dengan
itu masyarakat Indonesia terus disuguhi berita Hot News, harapannya
semua tergerak untuk bangkit dan berangkat serentak pada waktu tempat
dan moment yang sama 212.
Saya kembali ke mesjid untuk istirahat, sampai jam 24.00 masih belum
bisa tidur padahal sudah ngantuk sekali, namun karena banyak orang
yang datang silih berganti sekedar bersilaturohmi atau menyerahkan
amanah masyarakat waktu istirahat jadi terlambat.
Tak terasa jam menunjukan pukul 01.00, badan sudah hampir roboh,
akhirnya tengkurap di karpet masjid. Belum setengah jam tidur ada yang
memanggil dengan suara agak pelan "Aang,,..Ang,....".
Mata yang perih dan kepala pusing antara sadar dan tidak, saya bertanya,
"Siapa?",
"Saya Ang,,,, Epung".
Buru-buru saya bangun, "Ada apa pung?"
"Begini Ang, peserta banyak yang ngomong, kalau kita besok naik bus
maka media pasti akan menurunkan berita kurang baik, sedangkan
masyarakat ghiroh dan semangatnya lagi naik, kalau kita berhenti jalan
kaki itu bisa meruntuhkan semuanya".
Saya menoleh ke kiri ada seseorang yang ikut mendampingi Epung, namnya
Dr. Jamiludin Hidayat, Rektor STIA Ciamis yang turut serta ikut jalan
kaki, Gimana Kang kira-kira ya? Harus putus sekarang, jam enam kita
umumkan".
Kang Jamil mulai bicara "Kaaang, hentakan pantulan sejarah tidak akan
terjadi dua kali dalam hidup, saya berharap kita lanjutkan jalan kaki
sampai malam jumat".
Saya terdiam, bukan mikir tapi ngantuk hehee,,
"okey besok kita lanjutkan jalan kaki,," semuanya salaman pakai salam
komando. Tak kuat lagi dengan kantuk kami semua tidur dengan pulas
(sumber : facebook.com/nonop.hanafi)
pertanyaan, " jadi bagaimana jadinya besok itu lanjut jalan kaki atau
naik bus?", "Jawabannya besok tergantung hasil rapat tim kecil " kata
saya. Wartawan dibuat bingung karena tidak ada kepastian jawaban, dan
itu faktor kesengajaan agar para kuli tinta semakin penasaran dan
lensa kamera tidak berpaling dari peserta long macrh sehingga dengan
itu masyarakat Indonesia terus disuguhi berita Hot News, harapannya
semua tergerak untuk bangkit dan berangkat serentak pada waktu tempat
dan moment yang sama 212.
Saya kembali ke mesjid untuk istirahat, sampai jam 24.00 masih belum
bisa tidur padahal sudah ngantuk sekali, namun karena banyak orang
yang datang silih berganti sekedar bersilaturohmi atau menyerahkan
amanah masyarakat waktu istirahat jadi terlambat.
Tak terasa jam menunjukan pukul 01.00, badan sudah hampir roboh,
akhirnya tengkurap di karpet masjid. Belum setengah jam tidur ada yang
memanggil dengan suara agak pelan "Aang,,..Ang,....".
Mata yang perih dan kepala pusing antara sadar dan tidak, saya bertanya,
"Siapa?",
"Saya Ang,,,, Epung".
Buru-buru saya bangun, "Ada apa pung?"
"Begini Ang, peserta banyak yang ngomong, kalau kita besok naik bus
maka media pasti akan menurunkan berita kurang baik, sedangkan
masyarakat ghiroh dan semangatnya lagi naik, kalau kita berhenti jalan
kaki itu bisa meruntuhkan semuanya".
Saya menoleh ke kiri ada seseorang yang ikut mendampingi Epung, namnya
Dr. Jamiludin Hidayat, Rektor STIA Ciamis yang turut serta ikut jalan
kaki, Gimana Kang kira-kira ya? Harus putus sekarang, jam enam kita
umumkan".
Kang Jamil mulai bicara "Kaaang, hentakan pantulan sejarah tidak akan
terjadi dua kali dalam hidup, saya berharap kita lanjutkan jalan kaki
sampai malam jumat".
Saya terdiam, bukan mikir tapi ngantuk hehee,,
"okey besok kita lanjutkan jalan kaki,," semuanya salaman pakai salam
komando. Tak kuat lagi dengan kantuk kami semua tidur dengan pulas
(sumber : facebook.com/nonop.hanafi)
Komentar
Posting Komentar