Senin (19/12) malam waktu setempat, warga Ankara Turki dikejutkan peristiwa penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov (66). Daily Mail melansir pria pelaku penembakan yang teridentifikasi bernama Mevlut Mert Altintas, anggota Polisi Ankara Turki berusia 22 tahun, lahir tahun 1994.
Sesaat setelah Altintas menembak mati Dubes Rusia, ibu kandungnya langsung diboyong Polisi Ankara untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Dari keterangannya, ternyata Altintas sudah tidak bertugas sebagai Polisi.
Ayahnya bernama Esrafil, ibu bernama Hamidiye, dan saudara perempuannya bernama Seher Ozeroglu yang bekerja di toko fashion di Kota Aydin, Turki bagian barat.
Altintas menembak Karlov tepat ketika dirinya berdiri di belakang podium tempat Karlov menyampaikan pidato dalam acara pameran Seni Fotografi di Ankara. Senjata yang ia gunakan adalah pistol semi-otomatis.
Tiga orang lainnya dikabarkan juga terluka akibat kejadian ini. Seorang saksi mengatakan suara tembakan muncul selama beberapa waktu setelah serangan.
Motif sementara penembakan terkait dengan konflik Suriah yang melibatkan Rusia dan Turki. Hal ini terbukti dari teriakan Altintas yang menyebut Aleppo selain kalimat takbir.
“Allahu Akbar! (God is Great). We die in Aleppo, you die here! (Allahu Akbar! Kami mati di Aleppo, kamu mati di sini),” teriak Altintas dilansir Daily Mail, Senin (19/12).
"Allahu Akbar! Jangan lupakan Aleppo, jangan lupakan Syiria! Hanya kematian yang dapat menyingkirkanku dari sini. Semua orang ambil bagian dalam penindasan ini harus membayarnya," teriaknya lagi.
Namun, Wali Kota Ankara menegaskan, penembakan Karlov dilakukan untuk merusak hubungan Turki-Rusia. Ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir, menyusul pasukan Suriah yang didukung Rusia tengah berusaha menguasai bagian timur Kota Aleppo.
Hal tersebut memicu aliran pengungsi. Tak begitu jelas siapa dibalik serangan itu, namun ISIS diketahui telah aktif di Turki dan beberapa kali mengakui telah melakukan sejumlah serangan bom. (Nu.or.id)
Komentar
Posting Komentar