Belajar logika lagi yuk. Seorang komentator di Facebook yang setau saya tingkat pendidikannya cukup tinggi, menyanggah status saya sebelumnya tentang White Helmets dan Bocah di Kursi Oranye dengan hujatan ‘delusional’ plus argumen kurang-lebih “semua media besar sudah memberitakan, kok menganggap kejadian si bocah itu palsu?” [sambil nyindir pulak: kecuali media Iran dan Rusia]. Padahal yang saya lakukan hanya memberikan pengimbangan berita yang berupa analisis video. Alih-alih memberi analisis sanggahan, dia malah ber-logical fallacy.
Dalam ilmu logika, argumen seperti itu masuk kategori kesalahan (fallacy) jenis “argumentum ad populum” (menganggap sesuatu itu benar hanya karena banyak orang mempercayainya). Atau bisa juga masuk ke “argumentum ad verecundiam” (menganggap sesuatu itu benar karena ada pakar atau institusi yang dianggap ‘hebat’ yang mengatakannnya).
Coba pikir, apakah hanya karena semua media mainstream memberitakan, sebuah berita DIPASTIKAN benar?
Belum luput dari ingatan, betapa seluruh media mainstream memberitakan bahwa Irak menyimpan senjata pembunuh massal. Atas alasan itu AS dan sekutunya menggempur Irak pada 2003, menggulingkan Saddam Husein, mendudukinya sampai sekarang. Data 2013, sedikitnya ada setengah juta orang Irak tewas akibat pendudukan AS sejak 2003. Pada 2011, dari mulut para pemimpin AS sendiri, muncul pengakuan: TIDAK ADA SENJATA PEMBUNUH MASSAL di Irak.
Di era digital ini, kebohongan akan terus terekam, tak terhapus. Dalam video berikut ini, kedua versi pernyataan mereka disandingkan (awalnya bilang ada senjata pembunuh massal, lalu th 2011 bilang “nggak, saya ga pernah bilang gitu”).
Media-media mainstream sudah banyak sekali rekam jejak kebohongannya terkait perang di Timteng, naif sekali kalau kita menelan mentah-mentah apa yang mereka tulis tanpa mencari berita pembanding.
Bila Anda tidak percaya tulisan saya [banyak yang bilang: Anda sih belum pernah ke Suriah, jadi ga tau keadaan di sana! Padahal saya pernah ke Suriah dan padahal yang banyak berkoar-koar soal “mujahidin” malah belum pernah ke sana, bikin status cuma berdasar “katanya”], silahkan baca status-status facebook jurnalis-jurnalis atau blogger independen yang memang langsung meliput ke sana, seperti Eva Bartlett, Vanessa Beeley (blogger& jurnalis yang pernah bertahun-tahun tinggal di Gaza untuk meliput dan memberitakan kekejaman Israel), Pierre Le Corf, atau Dr Tim Anderson, akademisi dari Australia. Media-media alternatif yang bagus jadi rujukan soal Suriah, antara lain 21stcenturywire, globalresearch.ca, mintpressnews, voltairenet.org, presstv.com, rt.com, liputanislam.com, arrahmahnews.com, resistensia.org (dan masih banyak lainnya).
Hoax Terbaru di Aleppo
Jika Anda sudah terbebas dari “bius media mainstream”, mari kita bahas berbagai hoax soal Aleppo.
Setelah Aleppo berhasil diambil alih dari tangan para teroris (mengaku “mujahidin”), media mainstream, termasuk BBC (baca: Lina, Narasumber BBC yang Ternyata pro Jihadis), dan para buzzer di medsos, ramai-ramai menyebar berita mengenai pembantaian di Aleppo yang mereka sebut dilakukan oleh tentara Suriah dan Rusia.
Penjelasan :
- Foto capture dari sebuah video klip musik, disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Slman (Saudi) yang punya 28rb follower.
- Foto korban Israel di Gaza disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Ree, Medhhat, yang punya 133ribu follower.
- Foto pengeboman di Pakistan disebut sebagai korban Aleppo oleh akun Dima Sadek yang punya 123rb follower
- Mr. Alhamdo (yang tampil di video “goodbye” BBC, adalah jihadis yang berada di balik akun twitter palsu “Bana” yang selama ini aktif menyebarkan propaganda anti-tentara Suriah dan Rusia.
Lalu bagaimana dengan video-video yang tersebar? Pertama, cek sumbernya, lalu perhatikan baik-baik isinya. Naturalkah? Atau kelihatan buatan (staged)? Bahkan sekelas BBC pun kedapatan membuat video palsu soal senjata kimia di Suriah. White Helmets dan Aleppo Media Center juga sudah sangat sering membuat video palsu.
Analogi Aleppo
Analoginya begini: bayangkan kota Surabaya, kota bisnis dan sekuler, tiba-tiba diserbu segerombolan orang bersenjata dari luar negeri. Mereka merebut kendali kota, mendirikan pemerintahan Islam versi mereka (yang menghalalkan pembunuhan, pemenggalan, main bom, serta menyandera bantuan kemanusiaan yang dikirim dari luar). Lalu, TNI berhasil mengusir mereka dari Surabaya. Nah, warga Surabaya senang atau sedih?
Silahkan dilihat dalam video ini (dan banyak lagi video lainnya), telihat warga Aleppo timur bersuka ria setelah dibebaskan dari cengkeraman teroris.
Info lanjutan:
-Ini tulisan lama saya soal Aleppo (ada 4 seri): https://dinasulaeman.wordpress.com/…/05/02/prahara-aleppo-1/
-Ini tulisan lama saya soal Aleppo (ada 4 seri): https://dinasulaeman.wordpress.com/…/05/02/prahara-aleppo-1/
-Silahkan unduh kompilasi bukti kebohongan soal Suriah di sini: https://dinasulaeman.wordpress.com/…/kompilasi-video-foto-…/
—
Note:
1. Bukan berarti apapun yang berasal dari media mainstream harus ditolak dan apapun yang dikatakan media anti-mainstream musti diterima. Kita fokus pada isi, bukan “siapa”. Contoh kasus, buku saya Prahara Suriah pun banyak mengambil sumber dari media mainstream (terutama mengenai aktivitas para “jihadis” karena dulu cuma wartawan dari media mainstream yang bisa masuk dengan aman ke wilayah jihadis.. tanya kenapa??), tapi dianalisis dan ditriangulasi dengan data & dokumen yang lain.
2. Apa sih tujuan kebohongan tsb? Utk kasus Irak (2003) dan Libya (2011), tujuannya mencari dukungan publik dan PBB agar AS dkk diizinkan menginvasi kedua negara itu. Untuk kasus Suriah (2016), tujuannya agar publik dan PBB mendukung diberlakukannya no-fly-zone di Suriah, serta agar bantuan dana dari masyarakat terus mengalir kepada para “mujahidin” dari berbagai penjuru dunia. [Sumber : dinasulaeman.wordpress.com]
Note:
1. Bukan berarti apapun yang berasal dari media mainstream harus ditolak dan apapun yang dikatakan media anti-mainstream musti diterima. Kita fokus pada isi, bukan “siapa”. Contoh kasus, buku saya Prahara Suriah pun banyak mengambil sumber dari media mainstream (terutama mengenai aktivitas para “jihadis” karena dulu cuma wartawan dari media mainstream yang bisa masuk dengan aman ke wilayah jihadis.. tanya kenapa??), tapi dianalisis dan ditriangulasi dengan data & dokumen yang lain.
2. Apa sih tujuan kebohongan tsb? Utk kasus Irak (2003) dan Libya (2011), tujuannya mencari dukungan publik dan PBB agar AS dkk diizinkan menginvasi kedua negara itu. Untuk kasus Suriah (2016), tujuannya agar publik dan PBB mendukung diberlakukannya no-fly-zone di Suriah, serta agar bantuan dana dari masyarakat terus mengalir kepada para “mujahidin” dari berbagai penjuru dunia. [Sumber : dinasulaeman.wordpress.com]
Komentar
Posting Komentar