Internet memang memudahkan kita dalam berkomunikasi. Namun bagaimana pun juga kualitas dan akurasinya jauh di bawah komunikasi tatap muka secara langsung. Akibatnya banyak terjadi salah paham dan perdebatan/pertengkaran panjang. Bahkan bisa berujung pada putusnya silaturrahim. Ini karena pada komunikasi di dunia maya (terutama email) ada beberapa hal yang hilang, sehingga jika pada ngobrol langsung kita kita tahu bahwa lawan bicara kita bercanda atau tidak serius, kita paham dan tidak marah. Sebaliknya pada komunikasi email hal di bawah tidak ada: 1. Ekspresi muka yang bisa memberitahu kita apakah yang bersangkutan sedang bercanda atau serius. 2. Intonasi suara yang menandakan seseorang sedang bercanda/serius 3. Suasana diskusi di mana jika ada salah paham atau hal yang kurang dimengerti bisa langsung ditanyakan atau pun diberitahukan oleh pembicara. Oleh karena itu jika mulai terjadi perdebatan atau salah paham, segera hentikan komunikasi email. Sebaiknya segera ketemu langsung atau minimal bicara lewat telepon. Dalam menulis sebaiknya: 1. Dahului dengan Salam seperti Assalamu'alaikum. Jika malas, tulis saja di satu file hingga tinggal copy paste saja. 2. Jangan menulis dengan huruf besar semua (Caps Lock) karena menurut etika Internasional, itu menandakan penulis sedang marah. Misalnya jangan menulis: "APA YANG SEDANG ANDA LAKUKAN?". Sebaiknya tulis: "Apa yang sedang anda lakukan?" 3. Jika anda menulis ke satu milis dan tulisan anda tidak diloloskan, jangan kecil hati. Bersangka baiklah misalnya mungkin moderator sedang sibuk, atau bisa jadi mungkin tulisan kita tidak layak diloloskan karena cuma 1 kalimat (One Liner) atau alasan lainnya. Demikian sekilas tentang etika/sopan santun di dunia maya. |
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar