agama Islam sangat besar sekali. Itulah yang membuat kenapa seluruh
karya Mbah Sholeh Darat ayang terpublikasi, semuanya menggunakan
bahasa lokal (Jawa dengan tulisan Pegon).
Dengan penuh kesadaran, Mbah Sholeh Darat melihat kebanyakan orang
awam di Jawa kesulitan memahami bahasa Arab untuk mengkaji isi
kitab-kitab salaf. Maka menerjemahkan karya para ulama Arab, ia lakukan dalam rangka memandaikan penduduk Jawa.
Tradisi keilmuan di Arab oleh Mbah Sholeh Darat juga sangat dijunjung
tinggi. Dimana kitab terkecil disebut matan, dilanjutkan syarah dan
hasyiyah. Maka keruntutan belajar itu harus dijalani secara bertahap.
Maka, ditegaskan bahwa orang yang belajar kitab Arab harus membaca
matan kitab dahulu, baru dilihat syarahnya. Dan itu pun harus
dilakukan secara berulang-ulang hingga memahami isi Matan kitab.
Dalam posisi yang demikian, Mbah Sholeh Darat khawatir bahwa orang
Jawa Ajam akan bingung memahami kalimat Arab terutama ketika sudah
menjadi syarah.
Termasuk ada pendapat ulama yang menyebutkan: "Wajib 'ain bagi orang
yang membaca syarah untuk memahami ilmu alat: nahwu dan sharaf". Sebab
dalam kitab syarah selalu berisi hadits dan Al-Qur'an, maka wajib
paham ilmu alat agar benar dalam memahami bacaan dan i'rab-nya.
Ketika orang merasa bodoh (bodo, dedel: Jawa), maka oleh Mbah Sholeh
Darat disarankan tidak perlu membaca kitab berbahasa Arab. Ia cukup
belajar agama dengan kitab-kitab berbahasa Jawa. Sebab yang diinginkan
adalah memahami isi agama, bukan bacaan lafadz Arab.
Maka untuk mempercepat pemahaman keagamaan orang Jawa, Mbah Sholeh
Darat meminta untuk belajar kitab berbahasa Jawa. Misalnya membaca dan
belajar karya Mbah Sholeh Darat bernama kitab Maj'muatus Syari'ah dan
kitab Munjiyat. Ketika orang sudah paham dua kitab ini, maka sudah
dianggap cukup dan tidak tergolong hamba Allah yang durhaka.
Jika masih ada waktu luang dan ilmu pengetahuannya mencukupi, setelah
paham isi kitab berbahasa Jawa maka ia boleh belajar nahwu, sharaf,
ilmu lughah, manthiq, badi', ma'ani, bayan, arudl, fiqh, ushul fiqh,
tafsir, hadits dan ilmu madzhab.
Sungguh bijaksana sekali kepedulian Mbah Sholeh Darat bagi kaum awam
agar tetap berilmu. Keterangan ini diambil dari kitab Minhajul Atqiya'
karya Mbah Sholeh Darat halaman 346-349).
Sumber : M Rikza Chamami, Dosen UIN Walisongo & Sekretaris Lakpesdam
NU Kota Semarang [nu.or.id]
Komentar
Posting Komentar