Dari Jabir bin Abdillah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam bersabda (artinya): "Sesungguhnya syetan mendatangi
kalian dalam keadaan bagaimanapun dari setiap keadaan. Bahkan sampai
pun ketika kalian sedang memakan makanan. Apabila salah seorang di
antara kalian terjatuh makannya, maka hendaklah membersihkan
kotorannya, kemudian hendaklah memakannya dan jangan membiarkan
makanan tersebut terbuang untuk syetan. Apabila telah selesai makan
maka hendaklah menjilat jari-jemarinya, karena sesungguhnya ia tidak
tahu terletak pada makanan yang manakah barokahnya". (riwayat Muslim
no. 2033).
Dari hadits ini terdapat faidah yang besar diantaranya:
1. Anjuran mengamalkan dan menghidupkan ajaran Rasulullah.
2. Anjuran tawadhu` dan tidak sombong.
3. Menghargai nikmat Allah dan mensyukurinya serta jangan mengkufurinya.
4. Larangan membiarkan makanan untuk syetan, bahkan bila terjatuh
dalam najis dan masih bisa dibersihkan maka dibersihkan, jika sudah
tidak bisa dimakan maka diberikan untuk binatang, namun jangan
membiarkannya untuk syetan, karena syetan adalah musuh manusia, maka
perlakukanlah ia sebagai musuhmu.
5. Larangan bersikap boros terhadap makanan.
6. Syetan sangat berusaha untuk selalu bersama manusia, bahkan ketika makan.
7. Kita tidak mengetahui keberkahan makanan itu terletak di mana,
namun kita diajari untuk memburunya. Bisa jadi keberkahan makanan itu
terdapat pada makanan yang terjatuh, atau pada sisa makanan yang
menempel pada jari-jemari, atau pada bagian yang terbawah dari makanan
yang tersaji dalam piring. Ini menjadi bukti pula bahwa keberkahan itu
mesti diusahakan dengan jalan-jalan yang disyariatkan. Makna
sesungguhnya dari "keberkahan" adalah tetapnya sebuah kebaikan dan
bertambahnya kebaikan tersebut.
8. Jangan mencuci atau mengelap jari-jemari dengan sapu tangan atau
tisu kecuali setelah menjilati makanan yang menempel padanya, baik
dijilati sendiri atau pun dijilatkan oleh yang lainnya misalnya
istrinya.
Wallahu A`lam.
`alaihi wa sallam bersabda (artinya): "Sesungguhnya syetan mendatangi
kalian dalam keadaan bagaimanapun dari setiap keadaan. Bahkan sampai
pun ketika kalian sedang memakan makanan. Apabila salah seorang di
antara kalian terjatuh makannya, maka hendaklah membersihkan
kotorannya, kemudian hendaklah memakannya dan jangan membiarkan
makanan tersebut terbuang untuk syetan. Apabila telah selesai makan
maka hendaklah menjilat jari-jemarinya, karena sesungguhnya ia tidak
tahu terletak pada makanan yang manakah barokahnya". (riwayat Muslim
no. 2033).
Dari hadits ini terdapat faidah yang besar diantaranya:
1. Anjuran mengamalkan dan menghidupkan ajaran Rasulullah.
2. Anjuran tawadhu` dan tidak sombong.
3. Menghargai nikmat Allah dan mensyukurinya serta jangan mengkufurinya.
4. Larangan membiarkan makanan untuk syetan, bahkan bila terjatuh
dalam najis dan masih bisa dibersihkan maka dibersihkan, jika sudah
tidak bisa dimakan maka diberikan untuk binatang, namun jangan
membiarkannya untuk syetan, karena syetan adalah musuh manusia, maka
perlakukanlah ia sebagai musuhmu.
5. Larangan bersikap boros terhadap makanan.
6. Syetan sangat berusaha untuk selalu bersama manusia, bahkan ketika makan.
7. Kita tidak mengetahui keberkahan makanan itu terletak di mana,
namun kita diajari untuk memburunya. Bisa jadi keberkahan makanan itu
terdapat pada makanan yang terjatuh, atau pada sisa makanan yang
menempel pada jari-jemari, atau pada bagian yang terbawah dari makanan
yang tersaji dalam piring. Ini menjadi bukti pula bahwa keberkahan itu
mesti diusahakan dengan jalan-jalan yang disyariatkan. Makna
sesungguhnya dari "keberkahan" adalah tetapnya sebuah kebaikan dan
bertambahnya kebaikan tersebut.
8. Jangan mencuci atau mengelap jari-jemari dengan sapu tangan atau
tisu kecuali setelah menjilati makanan yang menempel padanya, baik
dijilati sendiri atau pun dijilatkan oleh yang lainnya misalnya
istrinya.
Wallahu A`lam.
Komentar
Posting Komentar