Forummuslim.org - Tanpa mendapatkan perhatian publik dunia karena minimnya pemberitaan,
konflik di Yaman telah memasuki tahap yang sangat memprihatinkan,
yaitu perang total.
Selain serangan udara besar-besaran yang telah berlangsung sejak bulan
Maret lalu, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan sejumlah sejumlah
negara Arab hingga Al Qaida telah melancarkan perang total di Yaman.
Setelah blokade laut, kini pasukan darat Arab bahkan telah menginvasi Yaman.
Seperti dilaporkan wartawan senior Tony Cartalucci di situsLand
Destroyer tanggal 27 Agustus lalu, sepasukan Arab terdiri dari sekitar
1.000 hingga 3.000 personil dan diperkuat dengan 100 tank tengah
bergerak ke utara setelah mendarat di Aden. Tujuan pasukan itu adalah
Sana'a, ibukota Yaman yang dikuasai Gerakan Ansarullah yang diperkuat
oleh kelompok Houthi dan loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh.
Pasukan tersebut diperkuat dengan tank-tank utama (main battle tank)
Leclerc buatan Perancis. Dengan jumlah 100 tank, angka itu setara
sekitar 1/3 dari seluruh tank yang dipunyai Uni Emirat Arab.
Langkah ini, bisa menunjukkan optimisme yang berlebihan Saudi dan
sekutu-sekutunya akan prospek perang total di Yaman. Di sisi lain, hal
ini juga menunjukkan keputus-asaan Saudi dan sekutu-sekutu Arabnya,
setelah gagal melemahkan kekuatan Gerakan Ansarullah meski telah
digempur habis-habisan selama berbulan-bulan. Namun apapun itu, ini
akan menjadi perang besar yang berlarut-larut dan berakhir dengan
kekalahan Saudi dan sekutu-sekutu Arabnya.
Kecuali beberapa negara Maghribi (Arab Afrika Utara), Iran dan Suriah,
Saudi dan negara-negara Arab tidak pernah memiliki pengalaman perang
total yang berkepanjangan. Dan jangankan perang di negara musuh,
bahkan berperang di negara sendiri pun mereka tidak pernah.
Di kebanyakan negara-negara Arab, terlebih Saudi dan negara-negara
Arab Teluk, ikatan kesukuan lebih penting daripada ikatan
nasionalisme. Itulah sebabnya, ketika diserang oleh negara asing, para
tentara Arab lebih memilih menyelamatkan diri dan keluarganya daripada
mempertahankan setiap jengkal wilayah negara. Terbukti, puluhan ribu
tentara Irak kocar-kacir menghadapi ratusan ekstremis ISIS tahun lalu
hingga dalam waktu singkat gerombolan teroris itu bisa menguasai
hampir separuh wilayah Irak. Terbukti juga beberapa insiden dimana
pasukan Saudi meninggalkan pos-posnya begitu saja ketika diserang oleh
milisi Yaman.
Sementara mereka menghadapi Yaman, negeri yang memiliki sejarah
panjang yang diwarnai peperangan-peperangan besar. Tahun 1960-an,
misalnya, Yaman mendapatkan serangan sejumlah negara asing, terutama
Saudi Arabia dan Mesir, yang berebut pengaruh di negara itu. Maka
hampir bisa dipastikan, Saudi dan sekutu-sekutunya akan mengalami
kekalahan yang menyakitkan di Yaman. Sebagaimana dikatakan Robert
Fisk, wartawan senior Inggris dalam analisisnya di harianThe
Independent bulan Maret lalu tentang perang di Yaman, bahwa Saudi
'masuk ke dalam neraka'.
Sebenarnya Saudi dan Uni Emirat Arab tentunya bukanlah mengabaikan
sama sekali prospek menyakitkan tentang perang di Yaman. Hanya,
kemungkinan Saudi telah mendapatkan jaminan dukungan penuh dari
Amerika, selain kemungkinan jaminan dari Iran untuk tidak membantu
kelompok Shiah Zaidiyah Houthi dengan imbalan Saudi mengendorkan
tekanannya terhadap Suriah yang merupakan sekutu Iran dan mengurangi
dukungannya kepada ISIS.
Iran yang sudah berpengalaman dalam perang panjang melawan Irak tahun
1980-1988 serta menyaksikan kekalahan Amerika di Irak setelah
menduduki negara itu tahun 2003, mengetahui dengan pasti bahwa
petualangan Saudi dan negara-negara Arab akan berakhir menyakitkan.
Demikian juga para analis militer dan politik.
Mungkin karena itulah media-media massa barat tidak banyak
memberitakan konflik di Yaman, karena mereka mengetahui hal ini akan
menjadi kekalahan berikutnya Amerika dan proksinya melawan Iran.
Faktor lainnya tentu saja adalah kontroversi perang yang dilancarkan
Saudi ini. Tanpa mandat PBB, Saudi dan sekutu-sekutunya itu
melancarkan invasi ke negara berdaulat dan melakukan aksi-aksi
kekejian yang membuat publik dunia muak.
Sumber : Indonesian Free Press
Komentar
Posting Komentar