Baru-baru ini ada wacana atau perintah dari Wakir Presiden Jusuf Kalla
untuk mengganti seluruh istilah dalan Perbankan Syariah dari unsur
kearab-araban dan diganti dengan istilah dalam bahasa indonesia.
Kalau alasannya supaya tidak kearab-araban, mari kita usulkan untuk
mengganti semua kata arab dari khazanah bahasa Indonesia, termasuk
nama-nama. Jusuf Kalla, harus dihilangkan Jusuf-nya.
Musyawarah dan permusawaratan dalam UUD-45 dan Pancasila itu
kearab-araban, ganti jadi rembukkan kek.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kata adil dan adab itu dari bahasa
Arab. Ganti pake bahasa alay: "kemanusiaan yang feir dan gimanaaaa
gitu."
Dalam UUD, undang-undang, PP, Kepres, Perpres, ada kata Pasal dan
ayat. Misalnya Pasal satu ayat satu. Kedua-duanya kata Arab, ganti
pake bab dan soal. Eh, kata bab dan soal juga dari bahasa Arab.
Apa kita mufakat? Eh, jangan pakai kata mufakat, itu bahasa Arab. Anda
tidak faham ya? Jangan pula pakai kata faham, itu dari bahasa Arab.
Ganti kata-kata Arab supaya sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia. Eh, kata masyarakat juga dari bahasa Arab.
Kalo ke-inggris-inggrisan tak masalah. Polisi bikin kesatuan Quick
Respond (Catat, nulisnya 'Respond'. Mestinya Response), dituliskan di
jaket polisi. Resmi. Resmi salah. Dan tidak malu.
Bank Mandiri cukup menyebalkan dengan keinggrisannya. Di cabang
pembantu saja, di tempat saya, yang nasabahnya kebanyakan orang desa,
semua plakatnya pakai bahasa inggris: 'Next Counter please',
'Financial consultant', 'security'. Tapi tak apa-apa, asal tidak
ke-arab-araban.Tapi nama para karyawannya ada yang Ahmad, Fauzan,
Zakir, Hasan, Nurhayati, Nuraini, dsb.
Bagaimana dengan Basarnas? Badan resmi negara yang pakai bahasa
gado-gado? Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas)? Tidak apa
sekonyol apa pun, asal nginggris.
untuk mengganti seluruh istilah dalan Perbankan Syariah dari unsur
kearab-araban dan diganti dengan istilah dalam bahasa indonesia.
Kalau alasannya supaya tidak kearab-araban, mari kita usulkan untuk
mengganti semua kata arab dari khazanah bahasa Indonesia, termasuk
nama-nama. Jusuf Kalla, harus dihilangkan Jusuf-nya.
Musyawarah dan permusawaratan dalam UUD-45 dan Pancasila itu
kearab-araban, ganti jadi rembukkan kek.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kata adil dan adab itu dari bahasa
Arab. Ganti pake bahasa alay: "kemanusiaan yang feir dan gimanaaaa
gitu."
Dalam UUD, undang-undang, PP, Kepres, Perpres, ada kata Pasal dan
ayat. Misalnya Pasal satu ayat satu. Kedua-duanya kata Arab, ganti
pake bab dan soal. Eh, kata bab dan soal juga dari bahasa Arab.
Apa kita mufakat? Eh, jangan pakai kata mufakat, itu bahasa Arab. Anda
tidak faham ya? Jangan pula pakai kata faham, itu dari bahasa Arab.
Ganti kata-kata Arab supaya sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia. Eh, kata masyarakat juga dari bahasa Arab.
Kalo ke-inggris-inggrisan tak masalah. Polisi bikin kesatuan Quick
Respond (Catat, nulisnya 'Respond'. Mestinya Response), dituliskan di
jaket polisi. Resmi. Resmi salah. Dan tidak malu.
Bank Mandiri cukup menyebalkan dengan keinggrisannya. Di cabang
pembantu saja, di tempat saya, yang nasabahnya kebanyakan orang desa,
semua plakatnya pakai bahasa inggris: 'Next Counter please',
'Financial consultant', 'security'. Tapi tak apa-apa, asal tidak
ke-arab-araban.Tapi nama para karyawannya ada yang Ahmad, Fauzan,
Zakir, Hasan, Nurhayati, Nuraini, dsb.
Bagaimana dengan Basarnas? Badan resmi negara yang pakai bahasa
gado-gado? Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas)? Tidak apa
sekonyol apa pun, asal nginggris.
Komentar
Posting Komentar