Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengatakan
bahwa ada aliran dana dari kelompok di Australia untuk jaringan
radikal di Indonesia.
"(Dana) untuk pihak-pihak radikal dalam membiayai terorisme. Jumlahnya
tidak bisa saya sebutkan," kata Agus Santoso, wakil ketua PPATK, usai
International Conference on Terrorism & ISIS di Jakarta, Senin (23/3).
Untuk mengatasi aliran dana tersebut, penegak hukum, PPATK dan
Australia telah bekerja sama. Namun kerja sama untuk mengendalikan
aliran dana terorisme secara internasional juga dilakukan bersama
negara-negara tetangga lain, terutama negara-negara tetangga Indonesia
di ASEAN.
"Akan diadakan pertemuan pada Oktober antara negara-negara ASEAN plus
Australia untuk membicarakan hal ini. PPATK Indonesia juga telah
berbicara dengan PPATK soal ini," terang Agus.
Sebelumnya, di kesempatan berbeda, pada awal Maret lalu, Agus telah
mensinyalir adanya aliran dana internasional yang masuk ke Indonesia
selama ini. Kucuran dana dari jaringan teroris tersebut berasal dari
beberapa daerah yang selama ini dikategorikan sebagai daerah rawan
terorisme oleh dunia internasional.
"Ya, pokoknya (aliran dana) berasal dari daerah yang kita duga sebagai
daerah rawan terorisme. Tapi saya tidak bisa menyebutkan daerah-daerah
mana saja itu," ujar Wakil Kepala PPATK Agus Santoso ketika ditemui
CNN Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3) silam.
Minggu (22/3),
Detasemen Khusus 88 Antiteror menggeledah empat lokasi terkait
pendanaan dan pengiriman warga negara Indonesia ke ISIS, salah satunya
adalah rumah M. Fachri yang diduga menjadi penyandang dana sekaligus
perekrut anggota ISIS di Cisauk, Tangerang Selatan.
Menurut Kapolres Kota Tangerang Komisaris Besar Irfing Jaya, Fachri
yang juga megelola situs Al-Mustaqbal itu diduga menjadi pengumpul
sekaligus penyandang dana untuk memberangkatkan WNI ke Suriah dan
Irak. "Ia memfasilitasi orang untuk bergabung ke ISIS," kata Irfing
kepada CNN Indonesia, Minggu (intelijan)
bahwa ada aliran dana dari kelompok di Australia untuk jaringan
radikal di Indonesia.
"(Dana) untuk pihak-pihak radikal dalam membiayai terorisme. Jumlahnya
tidak bisa saya sebutkan," kata Agus Santoso, wakil ketua PPATK, usai
International Conference on Terrorism & ISIS di Jakarta, Senin (23/3).
Untuk mengatasi aliran dana tersebut, penegak hukum, PPATK dan
Australia telah bekerja sama. Namun kerja sama untuk mengendalikan
aliran dana terorisme secara internasional juga dilakukan bersama
negara-negara tetangga lain, terutama negara-negara tetangga Indonesia
di ASEAN.
"Akan diadakan pertemuan pada Oktober antara negara-negara ASEAN plus
Australia untuk membicarakan hal ini. PPATK Indonesia juga telah
berbicara dengan PPATK soal ini," terang Agus.
Sebelumnya, di kesempatan berbeda, pada awal Maret lalu, Agus telah
mensinyalir adanya aliran dana internasional yang masuk ke Indonesia
selama ini. Kucuran dana dari jaringan teroris tersebut berasal dari
beberapa daerah yang selama ini dikategorikan sebagai daerah rawan
terorisme oleh dunia internasional.
"Ya, pokoknya (aliran dana) berasal dari daerah yang kita duga sebagai
daerah rawan terorisme. Tapi saya tidak bisa menyebutkan daerah-daerah
mana saja itu," ujar Wakil Kepala PPATK Agus Santoso ketika ditemui
CNN Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3) silam.
Minggu (22/3),
Detasemen Khusus 88 Antiteror menggeledah empat lokasi terkait
pendanaan dan pengiriman warga negara Indonesia ke ISIS, salah satunya
adalah rumah M. Fachri yang diduga menjadi penyandang dana sekaligus
perekrut anggota ISIS di Cisauk, Tangerang Selatan.
Menurut Kapolres Kota Tangerang Komisaris Besar Irfing Jaya, Fachri
yang juga megelola situs Al-Mustaqbal itu diduga menjadi pengumpul
sekaligus penyandang dana untuk memberangkatkan WNI ke Suriah dan
Irak. "Ia memfasilitasi orang untuk bergabung ke ISIS," kata Irfing
kepada CNN Indonesia, Minggu (intelijan)
Komentar
Posting Komentar