Bigot. Saya belum tahu apa padanannya dalam bahasa Indonesia. Bigot adalah bahasa Inggris, artinya “a person who is intolerant toward those holding different opinions” (orang yang intoleran terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengan dirinya).
Apakah artinya kita harus sependapat dengan orang lain? Tentu tidak. Tapi cara mengungkapkan ketidaksependapatan itu yang menentukan seseorang itu bigot atau bukan. Bigot akan mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan kasar dan ad hominem (menjatuhkan sisi personal lawannya, misalnya “dia ngomong begitu karena antek China!” atau “Dia kan Syiah, jangan dipercaya!”). Intimidasi terhadap saya bahkan ancaman kekerasan plus menggunakan foto anak-anak saya sebagai meme jahat. Benar-benar “sakit” mereka itu.
Sejak 3 hari yll (15 Des), FB saya diblokir 30 hari karena dituduh “melanggar standar komunitas”. Tentu artinya ini ada banyak bigot me-report saya. Teman facebook saya, Dandhy Dwi Laksono, menulis status yang menyatakan kecamannya pada aksi-aksi pembungkaman seperti ini (bukan hanya terhadap saya, tapi dia juga menyinggung aksi pembungkaman terhadap situs yang menyuarakan berbagai fakta soal Papua).
Dan kemarin saya melihat sekilas, banyak sekali para bigot membanjiri postingannya dengan komen-komen khas para bigot. Ada dua yang secara acak saya “tangkap” dan saya bahas di sini.
- Melisa
Melisa menyatakan bahwa pantas saja saya di-report dan tidak perlu dibela. Toh, “Dina juga main blokir dan unfriend.” Ada yang menjawab komen Melisa, tidaklah sama antara unfriend dan beramai-ramai me-report sehingga akun FB seseorang diblokir (dan bahkan sejak kemarin, akun FB saya di-suspend /tidak bisa diakses lagi, rupanya direport lagi ramai2 update: sejak Senin sore 91/12, sudah kembali lagi setelah saya kirim scan paspor ke FB untuk membuktikan bahwa akun FB tsb adalah milik saya). Melisa menjawab:
Pembandingan tidak logis. Bukankah Facebook menggunakan istilah “friend”? Apa artinya berteman? Artinya, buat saya, berinteraksi dengan baik. Bila seseorang yang tak saya kenal, atau saya kenal, seenaknya memaki-maki saya di wall, atau menyindir-nyindir ala ibuk-ibuk arisan (saya juga ibuk2 arisan), adalah hak saya memutuskan pertemanan. Buat apa berteman kalau tidak nyaman? Suami-istri saja bisa cerai kalau tidak nyaman, apalagi cuma friend di dunia maya, yang kenal pun tidak. Dia masih bisa berkoar-koar di wallnya sendiri, memaki dan memfitnah saya pun silahkan. Alhamdulillah, pahala amal ibadahnya akan ditransfer ke saya.
Sementara yang dilakukan para bigot beramai-ramai me-report adalah MEMBUNGKAM saya. Aneh sekali, kalau mereka yakin benar, mengapa harus takut pada akun seorang ibuk2 rumah tangga macam saya ini dan harus DIBUNGKAM?
Dengan menggunakan logika ala Melisa, artinya dia membenarkan aksi seperti ini: Melisa bikin halaqah (itu lho, pengajian ala kelompok anu) di rumah, lalu ada 5000 tetangganya tidak suka dan beramai-ramai lapor polisi dan halaqah di rumahnya itu dibredel polisi, tanpa pengadilan.(Saya dibungkam FB semena-mena lho, tanpa bisa membela diri. Bahkan masih belum puas, mereka report lagi dan sekarang akun saya dinonaktifkan sementara oleh FB alhamdulillah sejak Senin sore 19/12 sudah aktif).
Sayang sekali, aksi sejenis ini terjadi berkali-kali di Indonesia (memblokir/melarang gereja, melarang KKR, mengusir kaum Ahmadiyah dan Syiah dari rumah mereka dengan tuduhan kafir, dll). Terlihat kan, para bigot pembela mujahidin satu kubu-satu pemikiran dengan kelompok intoleran di Indonesia? Betapa berbahayanya buat Indonesia. (Buat yang lain: paham kan sekarang, bahwa isu Suriah ini erat kaitannya dengan nasib bangsa ini? That’s why I kept on writing about this…that’s why.)
2. Icha Lisa
Icha melakukan flooding alias membanjiri postingan Dandhy dengan sangat banyak foto yang disebutnya warga Aleppo yang menjadi kekejaman Assad. Tentu saja, saya pastikan dia tidak melakukan cek-ricek foto, sekilas saja saya sudah mendeteksinya karena sudah pernah saya klarifikasi.
Misalnya, foto ini:
Ini adalah foto wanita Irak yang menangisi suaminya yang tewas di tangan teroris. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia ahun 2013 pernah menggunakan foto ini beserta foto korban gempa bumi di Azerbaijan dan disebut sebagai korban kejahatan Assad. Baca selengkapnya klarifikasi hoax di sini.
FYI, Hizbut Tahrir Suriah adalah salah satu faksi pemberontak di Suriah. Ada pengakuan dari Jubir HT bahwa HT berjanji setia dengan grup teror “anak” Al Qaida, Jabhah Al Nusra, (baca di sini). Tidak heran bila HTI salah satu yang paling keras suaranya di Indonesia ketika JN [dan “anak2”-nya, karena mereka bertransformasi dengan berbagai nama] terusir dari Aleppo dan meminta “Khalifah” Jokowi mengirim pasukan ke Suriah. [yang lainnya: faksi Ikhwanul Muslimin, di Indonesia banyak aktivis IM yang berafiliasi dengan PKS, baca di sini]
Foto ini didapat Icha dari WA (saya juga dapat):
Sedikit googling, ketemu:
-Foto atas adalah gambar di Irak., pernah diposting orang thn 2014. Artinya, tdk mungkin itu di Aleppo 2016. Ini postingan thn 2014 itu:
-Foto bawah: orang2 Kurdi korban senjata kimia Saddam (Irak) tahun 80-an. Pernah dipublish orang di blog ini tahun 2013, artinya tidak mungkin ini foto Aleppo 2016.
Namun, ada juga foto yang tidak mudah dicari “jawabannya”. Kenapa? Ya iyalah, bego kali lah para pembuat hoax kalau pakai cara-cara lama terus. (Kompilasi hoax “cara lama” mereka, ada 123 halaman, silahkan diunduh di sini). Mereka berpindah teknik dengan membuat staged photo dan staged video (foto/video rekayasa). Contoh staged video dan foto bisa di sini (tentang ‘Bocah di Kursi Oranye’). Kalau sudah terbiasa mengamati, biasanya akan langsung mendeteksi.
Nah salah satu foto yang di-share Icha Lisa, saya deteksi sebagai staged photo. Ini dia:
Argumen saya:
Foto ini sudah saya googling habis-habisan, penyebarnya hampir semua Twitter dan sedikit web tak terkenal. Logikanya, bila ini riil pastilah media mainstream tidak akan melewatkannya untuk memasangnya di halaman depan. Lha foto bocah di kursi oranye saja disiarkan secara serempak kok. Sampai akhirnya saya menemukan sebuah blog milik orang Rusia yang memposting dua foto ini bersamaan:
Voila! Lihat logo foto (dan topi yang dipakai si rescuer) di atas: White Helmets, lembaga “amal” yang didirikan intel Inggris dan didanai ratusan juta dollar oleh AS, Inggris, UE. Baca track record WH bikin video palsu di sini (dari video, bisa di-capture, jadilah foto).
Bahkan sekelas BBC pun ketahuan membuat film hoax terkait “korban serangan senjata kimia Assad”dengan teknik yang canggih, yang bisa menganalisis adalah orang yang paham dunia medis. Lembaga amal sekelas Medicine San Frontier pun di Suriah juga terlibat dalam hoax, baca di sini.
Footage video WH sebelum diedit terbongkar ke publik, bisa simak di sini terlihat bahwa proses penyelamatan “korban bom Assad” adalah staged (diperankan oleh “aktor”, pura2):
Ini foto mereka, saat syuting dan setelahnya:
Foto lainnya dari Icha yang saya teliti adalah foto ini:
Saya masukkan ke google image, lalu muncullah list web (tapi bukan “mainstream”) dan medsos yang menyebarkan foto ini. Dari sisi tanggal, yang paling “tua” adalah 6 hr yll dan menyebutnya “korban senjata kimia” di kota Hama, posting yang lebih baru menyebutnya korban Aleppo. Dari sini saja sudah ketauan Icha melakukan hoax, korban Hama kok dibilang Aleppo? [untuk kasus Hama, panjang lagi ceritanya, di sini cuma fokus membuktikan para bigot memang tukang hoax]
Saya ingin membalikkan kata-kata Icha: apakah kamu sudah siap kelak dimintai pertanggungjawaban di akhirat, mengapa ikut serta dalam sebuah proyek kebohongan global yang menyebabkan sebuah negeri yang tadinya damai kini porak poranda akibat perang?
Terakhir: di mana teriakan Save Syria atau Save Aleppo kalian, ketika yang terjadi adalah pihak “mujahidin” lah yang membombardir rumah sakit dan membunuh anak-anak dengan bom bunuh diri? (baca di sini)
Demikian.
NB: Bagaimana foto yang lain? Hey, menurut kalian saya kurang kerjaan, apa? Untuk menulis 1 artikel ini saja saya perlu 6 jam. Silahkan, kalian yang ingin mencari kebenaran, kerja keras sedikit, bantu saya, jangan menunggu disuapi terus. Terus-terang, 3 hari ini (sebelum akhirnya FB saya dihapus sementara oleh pihak FB) saya dibanjiri permintaan klarifikasi.
Rasanya aneh saja, sudah 5 tahun ditipu terus dengan foto hoax, masih saja nanya, “ini bener ga sih?” Bayangkan, ada seseorang yang berbohong padamu sekali, dua kali, tiga kali, apakah kamu akan percaya padanya pada kali ke-4? Orang waras akan berkata tidak.[Sumber : dinasulaeman.wordpress.com]
Komentar
Posting Komentar