Sebuah Catatan Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki Menuju Jakarta Untuk Melakukan Aksi Super Damai 212 (13)
Kelihatan Kang Aher tersenyum bangga dengan kami hehe, sorot mata
Pangdam menatap tajam pada saya, saya balas dengan senyum. Pak Kapolda
menyimak dengan serius namun kentara di hatinya menyimpan sesuatu yang
sampai saat ini belum tersibak.
Kang Aher memberikan komentar, "euu,, Saya sangat mengapresiasi
gerakan santri yang dipimpin para Kiyai Ciamis jalan kaki dari Ciamis
menuju Jakarta dan banyak mendapat sambutan hangat masyarakat dan bisa
jadi inspirasi muslim yang lainnya untuk melakukan Hal yang sama.
Namun harus realistis kalau ini dilanjutkan menimbang jarak tempuh dan
waktu yang tersisa kayaknya tidak akan sampai ke jakarta. jadi saya
ngasih saran baiknya perjalanan dilanjutkan dengan bus,,". Saya hanya
ngangguk tidak sepatah katapun yang terucap.
Giliran pangdam bicara, "Kiyai, tentara saja kalau satu hari sudah
jalan 46 km itu harus dihentikan, karena tidak baik bagi stamina
tubuh". Saya menimpali, "berarti kekuatan fisik santri dan kiyai lebih
hebat dari tentara". Semua yang hadir tertawa, Pangdam menepuk bahu
saya.
Giliran Kiyai Kohar bicara "bapak-bapak, mumpung semua ada saya minta
Pak Kapolda memberikan statemen yang jelas dan diumumkan di hadapan
wartawan bahwa pelarangan bus dicabut".
Sebelum Kapolda menjawab, Kang Aher memotong pembicaraan, "Begini
saja, kita langsung saja ngobrolnya di luar ruangan di hadapan peserta
agar tidak terjadi pandangan negatif". Ahirnya kita semua pindah
keluar. Santri menyambut dengan gemuruh takbiirr.
Kita semua duduk di kursi yang telah disediakan di belakang panggung
sederhana menghadap ke peserta. Kapolda yang pertama naik podium. Dia
berikan statemen bahwa tidak ada lagi larangan bus angkutan di daerah.
Giliran saya naik podium. Pekik "istaidduu,,,". "labbaik....."
serempak menjawab, "takbiiir..,, Allohu Akbar" bergemuruh membahana
menbakar semangat seolah-olah momentum ledakan ghiroh islam mulai naik
suhu dan temperaturnya, ucapan terimakasih terucap bagi para pemangku
kepentingan Jawa Barat. Namun saya katakan keputusan lanjut atau
tidaknya akan diputuskan bersama para Kiyai yang lain, karena jujur
sejak awal kita jalan kaki sampai jakarta agar gerakan ini menjadi
pemantik semangat dan ghiroh islam seluruh indonesia. Takbirr menggema
berkali-kali.
Kang Aher menggantikan naik ke podium. Beliau mengapresiasi santri dan
Kiyai Ciamis. Beliau katakan sebagai gubernur saya bangga dengan
kalian. Allohu Akbar santri menyambut.
Acara beres, kita foto selfi bersama membelakangi peserta sambil
bergandengan tangan. Pak Pangdam menepuk pungung saya, Kiyai motivator
hebat. Saya katakan itu belum apa-apa Pak Pangdam, kalau saya
keluarkan bisa meledak indonesia, hahhaha sedikit naik kata-katanya,,
ah bisa aja celoteh Pangdam.
Gubernur dan rombongan keluar arena meninggalkan kami. Saya dan kiyai
masuk rumah makan, hidangan tersedia, Kiyai Agus Malik mengatur
pembagian makan siang santri di luar. Hari itu setengah perjuangan
telah dimenangkan. Ternyata di dalam ruangan awak media menunggu untuk
konfirmasi keputusannya. Namun karena lapar saya dan Kiyai yang lain
santap siang dulu dan wartawan sabar menunggu.
Ada lagi tamu sepesial kami menunggu di pojok ruangan. Siapakah beliau??????
(https://facebook.com/nonop.hanafi)
Pangdam menatap tajam pada saya, saya balas dengan senyum. Pak Kapolda
menyimak dengan serius namun kentara di hatinya menyimpan sesuatu yang
sampai saat ini belum tersibak.
Kang Aher memberikan komentar, "euu,, Saya sangat mengapresiasi
gerakan santri yang dipimpin para Kiyai Ciamis jalan kaki dari Ciamis
menuju Jakarta dan banyak mendapat sambutan hangat masyarakat dan bisa
jadi inspirasi muslim yang lainnya untuk melakukan Hal yang sama.
Namun harus realistis kalau ini dilanjutkan menimbang jarak tempuh dan
waktu yang tersisa kayaknya tidak akan sampai ke jakarta. jadi saya
ngasih saran baiknya perjalanan dilanjutkan dengan bus,,". Saya hanya
ngangguk tidak sepatah katapun yang terucap.
Giliran pangdam bicara, "Kiyai, tentara saja kalau satu hari sudah
jalan 46 km itu harus dihentikan, karena tidak baik bagi stamina
tubuh". Saya menimpali, "berarti kekuatan fisik santri dan kiyai lebih
hebat dari tentara". Semua yang hadir tertawa, Pangdam menepuk bahu
saya.
Giliran Kiyai Kohar bicara "bapak-bapak, mumpung semua ada saya minta
Pak Kapolda memberikan statemen yang jelas dan diumumkan di hadapan
wartawan bahwa pelarangan bus dicabut".
Sebelum Kapolda menjawab, Kang Aher memotong pembicaraan, "Begini
saja, kita langsung saja ngobrolnya di luar ruangan di hadapan peserta
agar tidak terjadi pandangan negatif". Ahirnya kita semua pindah
keluar. Santri menyambut dengan gemuruh takbiirr.
Kita semua duduk di kursi yang telah disediakan di belakang panggung
sederhana menghadap ke peserta. Kapolda yang pertama naik podium. Dia
berikan statemen bahwa tidak ada lagi larangan bus angkutan di daerah.
Giliran saya naik podium. Pekik "istaidduu,,,". "labbaik....."
serempak menjawab, "takbiiir..,, Allohu Akbar" bergemuruh membahana
menbakar semangat seolah-olah momentum ledakan ghiroh islam mulai naik
suhu dan temperaturnya, ucapan terimakasih terucap bagi para pemangku
kepentingan Jawa Barat. Namun saya katakan keputusan lanjut atau
tidaknya akan diputuskan bersama para Kiyai yang lain, karena jujur
sejak awal kita jalan kaki sampai jakarta agar gerakan ini menjadi
pemantik semangat dan ghiroh islam seluruh indonesia. Takbirr menggema
berkali-kali.
Kang Aher menggantikan naik ke podium. Beliau mengapresiasi santri dan
Kiyai Ciamis. Beliau katakan sebagai gubernur saya bangga dengan
kalian. Allohu Akbar santri menyambut.
Acara beres, kita foto selfi bersama membelakangi peserta sambil
bergandengan tangan. Pak Pangdam menepuk pungung saya, Kiyai motivator
hebat. Saya katakan itu belum apa-apa Pak Pangdam, kalau saya
keluarkan bisa meledak indonesia, hahhaha sedikit naik kata-katanya,,
ah bisa aja celoteh Pangdam.
Gubernur dan rombongan keluar arena meninggalkan kami. Saya dan kiyai
masuk rumah makan, hidangan tersedia, Kiyai Agus Malik mengatur
pembagian makan siang santri di luar. Hari itu setengah perjuangan
telah dimenangkan. Ternyata di dalam ruangan awak media menunggu untuk
konfirmasi keputusannya. Namun karena lapar saya dan Kiyai yang lain
santap siang dulu dan wartawan sabar menunggu.
Ada lagi tamu sepesial kami menunggu di pojok ruangan. Siapakah beliau??????
(https://facebook.com/nonop.hanafi)
Komentar
Posting Komentar