Sebuah Catatan Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki Menuju Jakarta Untuk Melakukan Aksi Super Damai 212 (11)
Waktu menunjukan pukul 07.30 rabu pagi, rombongan panjang dengan
semangat juang membara berjalan menyusuri Jalan protokol Cicalengka.
Masyarakat sudah berjejer di pinggir jalan menyambut kedatangan kami.
Tak henti-hentinya pekik takbir Allohu Akbar diteriakan oleh setiap
orang yang berpapasan dengan kami.
Tumpukan makanan dan minuman hampir merata di setiap jalan. Mereka
semangat sekali membagi-bagikan botol minuman pada peserta. Namun
saking melimpahnnya rezqi, kami arahkan bantuan masyarakat ke mobil di
belakang, Sudah hampir 5 truck dan lima mobil back terbuka penuh
dengan makanan. Bahkan ada juga pedagang Pasar Cicalengka yang
membagi-bagikan sendal jepit pada peserta. Lagi-lagi keharuan,
keterkejutan dan kejadian yang tanpa diduga sebelumnya nampak nyata di
depan mata. Yaa Alloh, begitu mudahnya Engkau membolak-balikan hati
manusia sampai mereka tertarik dengan magnet Al Qur'an, rela
mendermakan apapun yang dimilikinya hanya karena sentuhan imam.
Dua jam jalan kaki telah dilalui, Polisi yang menjaga dan mengatur
perjalanan kami memberhentikan mobil komando di pertigaan jalan. Semua
peserta istirahat sebentar sambil menikmati makanan dan aneka minuman
yang melimpah ruah. Perut kamipun sudah tidak bersahabat.
Terlihat di sela-sela tumpukan kardus ada ratusan kotak nasi tersedia.
Deza Aurora adik perempuanku sebagai ketua logistik sibuk
membagi-bagikan makanan padahal anaknya yang masih bayi ikut di mobil
pengantar bersama pengasuhnya. Tadinya saya mau makan namun tertegun
melihat semangat wanita tangguh yang tak kelihatan lelah sedikitpun
mengawal logistik sedari awal perjalanan. Tak terasa air mata meleleh
sambil berkata di dalam hati, "Ya Robb, terimalah lelah dan capeknya,
begitu hebat pengorbanannnya sampai tak peduli lagi bayi umur satu
tahun ikut dibawa dalam perjalanan ini".
Saya kembali fokus ke kotak nasi. Begitu mau dibuka di dus kotak warna
putih ada tulisan yang membuat hati jadi tertegun "Wahai para mujahid,
kakiku tak sekuat kakimu, terimalah derma kecilku sebagai wakilku
menyertai langkahmu semoga lelahmu menjadi lillah". Tak kuat lagi
perasaan ini, air mata tak terasa meleleh di pipi. Ya Robb, Engkau
telah sebarkan rasa kebersamaan ummat ini untuk bangkit bersama". Saya
tak jadi makan. Kenyang sudah bathin ini dengan ghiroh ummat yang
tumbuh kesadarannya,
Satu jam istirahat di pertigaan, KH Agus Malik mengumumkan dari mobil
komando perjalanan dilanjutkan. "Awas jangan meninggalkan sampah
sedikitpun. Media sekuler mengintip kelemahan kita" begitu ujar Zieguz
Maliex dari mobil komando.
Semua peserta berbaris tiga-tiga ke belakang. Agar tidak mengganggu
lalu lintas kendaran kita bentangkan tali rafia sebagai pagar peserta
long march agar tidak keluar jalur. Perjalanan dilanjut, kami bertiga
Kiyai Syarip, Kiyai Maksum dan Kiyai Titing sepakat berjalan paling
depan. Sepanjang perjalanan sambutan manusia semakin meluber ke jalan.
Anak-anak sekolah tumpah ruah menyambut kami. Ada spanduk bertuliskan
" Selamat Datang Para Mujahid, Kami Bangga Dengan Kalian". ada
anak-anak SMA yang dipimpin langsung oleh guru-gurunya memakai seragam
batik, setelan bawahan samping batik khas Bandung. Kelihatannya
sengaja dipersiapkan menyambut kafilah ini. "Allohu Akbar Allohu
Akbar" teriak mereka, seolah-olah mereka katakan rasa kami sama,
kerinduan kami sama, nasib kami sama, namun kami tak bisa seperti
kalian begitu kira-kira terjemahan raut wajah yang tampak di hadapan
kami.
Saya melirik ke Kiyai Syarip, berulang kali beliau menyeka air mata
sambil berkata" Haj, baru seumur hidup saya mendapatkan rasa yang aneh
ini. Kiayi Titing dan Kiyai Maksum pun sama wajahnya penuh dengan urai
air mata. Kami terdiam sambil terus melangkah. Nasyid "Aksi Bela
islam" terus bergema sepanjang jalan, menambah suasana making haru tak
terelakan. Suara handphone terus berbunyi, nomornya semua tidal
dikenal, saya angkat dan dijawab satu persatu dan pertanyaannya hampir
sama "Pak, rombongan sudah sampai mana, kami mau menyambuut". Dijawab
sesuai dengan posisi pada saat itu. Saya lihat pesat SMS penuh
menawarkan bantuan logistikk, pesan WA ratusan semuanya bertanya, ini
pimpinan kafilah Ciamis yaa? Dijawab iya Paak,,, iya Buuuu,,, Sebagian
dijawab sebagian tidak terjawab saking banyaknya. Seorang santri yang
berjalan di belakang tiba-tiba dicegat ibu yang berdiri di sisinya dua
anak perempuan belia. Ibu itu berkata,, "Dik, Ibu enggak bisa ikut,
anak saya kedua-duanya suruh ikut aja sama adek yah jalan kaki!!!, Ibu
ridlo ade dijadikan mantu ibu,,,," he he, saya agak kaget sambil
tertawa kecil. Begitu dahsyat pesona peserta jalan kaki bagi kaum ibu
sampai rela anaknya dipinang. Saya berkata dalam hati jangankan di
akhirat, di dunia saja balasannya begitu hebat,,,
(https://facebook.com/nonop.hanafi)
semangat juang membara berjalan menyusuri Jalan protokol Cicalengka.
Masyarakat sudah berjejer di pinggir jalan menyambut kedatangan kami.
Tak henti-hentinya pekik takbir Allohu Akbar diteriakan oleh setiap
orang yang berpapasan dengan kami.
Tumpukan makanan dan minuman hampir merata di setiap jalan. Mereka
semangat sekali membagi-bagikan botol minuman pada peserta. Namun
saking melimpahnnya rezqi, kami arahkan bantuan masyarakat ke mobil di
belakang, Sudah hampir 5 truck dan lima mobil back terbuka penuh
dengan makanan. Bahkan ada juga pedagang Pasar Cicalengka yang
membagi-bagikan sendal jepit pada peserta. Lagi-lagi keharuan,
keterkejutan dan kejadian yang tanpa diduga sebelumnya nampak nyata di
depan mata. Yaa Alloh, begitu mudahnya Engkau membolak-balikan hati
manusia sampai mereka tertarik dengan magnet Al Qur'an, rela
mendermakan apapun yang dimilikinya hanya karena sentuhan imam.
Dua jam jalan kaki telah dilalui, Polisi yang menjaga dan mengatur
perjalanan kami memberhentikan mobil komando di pertigaan jalan. Semua
peserta istirahat sebentar sambil menikmati makanan dan aneka minuman
yang melimpah ruah. Perut kamipun sudah tidak bersahabat.
Terlihat di sela-sela tumpukan kardus ada ratusan kotak nasi tersedia.
Deza Aurora adik perempuanku sebagai ketua logistik sibuk
membagi-bagikan makanan padahal anaknya yang masih bayi ikut di mobil
pengantar bersama pengasuhnya. Tadinya saya mau makan namun tertegun
melihat semangat wanita tangguh yang tak kelihatan lelah sedikitpun
mengawal logistik sedari awal perjalanan. Tak terasa air mata meleleh
sambil berkata di dalam hati, "Ya Robb, terimalah lelah dan capeknya,
begitu hebat pengorbanannnya sampai tak peduli lagi bayi umur satu
tahun ikut dibawa dalam perjalanan ini".
Saya kembali fokus ke kotak nasi. Begitu mau dibuka di dus kotak warna
putih ada tulisan yang membuat hati jadi tertegun "Wahai para mujahid,
kakiku tak sekuat kakimu, terimalah derma kecilku sebagai wakilku
menyertai langkahmu semoga lelahmu menjadi lillah". Tak kuat lagi
perasaan ini, air mata tak terasa meleleh di pipi. Ya Robb, Engkau
telah sebarkan rasa kebersamaan ummat ini untuk bangkit bersama". Saya
tak jadi makan. Kenyang sudah bathin ini dengan ghiroh ummat yang
tumbuh kesadarannya,
Satu jam istirahat di pertigaan, KH Agus Malik mengumumkan dari mobil
komando perjalanan dilanjutkan. "Awas jangan meninggalkan sampah
sedikitpun. Media sekuler mengintip kelemahan kita" begitu ujar Zieguz
Maliex dari mobil komando.
Semua peserta berbaris tiga-tiga ke belakang. Agar tidak mengganggu
lalu lintas kendaran kita bentangkan tali rafia sebagai pagar peserta
long march agar tidak keluar jalur. Perjalanan dilanjut, kami bertiga
Kiyai Syarip, Kiyai Maksum dan Kiyai Titing sepakat berjalan paling
depan. Sepanjang perjalanan sambutan manusia semakin meluber ke jalan.
Anak-anak sekolah tumpah ruah menyambut kami. Ada spanduk bertuliskan
" Selamat Datang Para Mujahid, Kami Bangga Dengan Kalian". ada
anak-anak SMA yang dipimpin langsung oleh guru-gurunya memakai seragam
batik, setelan bawahan samping batik khas Bandung. Kelihatannya
sengaja dipersiapkan menyambut kafilah ini. "Allohu Akbar Allohu
Akbar" teriak mereka, seolah-olah mereka katakan rasa kami sama,
kerinduan kami sama, nasib kami sama, namun kami tak bisa seperti
kalian begitu kira-kira terjemahan raut wajah yang tampak di hadapan
kami.
Saya melirik ke Kiyai Syarip, berulang kali beliau menyeka air mata
sambil berkata" Haj, baru seumur hidup saya mendapatkan rasa yang aneh
ini. Kiayi Titing dan Kiyai Maksum pun sama wajahnya penuh dengan urai
air mata. Kami terdiam sambil terus melangkah. Nasyid "Aksi Bela
islam" terus bergema sepanjang jalan, menambah suasana making haru tak
terelakan. Suara handphone terus berbunyi, nomornya semua tidal
dikenal, saya angkat dan dijawab satu persatu dan pertanyaannya hampir
sama "Pak, rombongan sudah sampai mana, kami mau menyambuut". Dijawab
sesuai dengan posisi pada saat itu. Saya lihat pesat SMS penuh
menawarkan bantuan logistikk, pesan WA ratusan semuanya bertanya, ini
pimpinan kafilah Ciamis yaa? Dijawab iya Paak,,, iya Buuuu,,, Sebagian
dijawab sebagian tidak terjawab saking banyaknya. Seorang santri yang
berjalan di belakang tiba-tiba dicegat ibu yang berdiri di sisinya dua
anak perempuan belia. Ibu itu berkata,, "Dik, Ibu enggak bisa ikut,
anak saya kedua-duanya suruh ikut aja sama adek yah jalan kaki!!!, Ibu
ridlo ade dijadikan mantu ibu,,,," he he, saya agak kaget sambil
tertawa kecil. Begitu dahsyat pesona peserta jalan kaki bagi kaum ibu
sampai rela anaknya dipinang. Saya berkata dalam hati jangankan di
akhirat, di dunia saja balasannya begitu hebat,,,
(https://facebook.com/nonop.hanafi)
Komentar
Posting Komentar