Forummuslim.org - Apakah hukum menjual atau membeli organ tubuh
manusia? Berikut ini akan kami posting artikel bersambung tentang
hukum jual beli organ tubuh manusia yang bersumber dari situs
nu.or.id.
Jual-beli dan transaksi lainnya pada dasarnya adalah dihalalkan.
Tetapi para ulama membuat batasan dan syarat-syarat yang mesti
dipenuhi agar transaksi jual-beli sah menurut syara' (agama).
Perihal jual organ tubuh manusia ini, para ulama berbeda pendapat.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama perihal kasus ini didasarkan pada
cara pandang mereka melihat sejauh mana tingkat maslahat dan mafsadat
dari jual-beli organ tubuh manusia dan seberapa vital organ yang
diperjualbelikan.
Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri secara jelas mengharamkan jual-beli
organ tubuh manusia. Menurutnya, menjual organ tubuh dapat merusak
fisik manusia. Berikut ini kutipannya.
حكم بيع أعضاء الإنسان: لا يجوز بيع العضو أو الجزء من الإنسان قبل الموت
أو بعده، وإذا لم يحصل عليه المضطر إلا بثمن جاز الدفع للضرورة، وحَرُم
على الآخذ. وإن وهب العضو أو الجزء بعد الموت لأي مضطر، وأُعطي مكافأة
عليها قبل الموت جاز له أخذها. ولا يجوز للإنسان حال الحياة أن يبيع أو
يهب عضواً من أعضائه لغيره؛ لما في ذلك من إفساد البدن، وتعطيله عن
القيام بما فرض الله عليه، وتصرفه في ملك الغير بغير إذنه.
Artinya, "Hukum menjual organ tubuh manusia: tidak boleh menjual organ
atau salah satu anggota tubuh manusia baik selagi hidup maupun setelah
wafat. Bila tidak ada unsur terpaksa kecuali dengan harga tertentu, ia
boleh menyerahkannya dalam keadaan darurat. Tetapi ia diharamkan
menerima uangnya. Jika seseorang menghibahkan organ tubuhnya setelah
ia wafat karena suatu kepentingan mendesak, dan ia menerima sebuah
imbalan atas hibahnya itu saat ia hidup, ia boleh menerima imbalannya.
Seseorang tidak boleh menjual atau menghibahkan organ tubuhnya selagi
ia hidup kepada orang lain. Karena praktik itu dapat merusak tubuhnya
dan dapat melalaikannya dari kewajiban-kewajiban agamanya. Seseorang
tidak boleh mendayagunakan (menjual, menghibah, dan akad lainnya)
milik orang lain tanpa seizin pemiliknya." (Lihat Muhammad bin Ibrahim
At-Tuwaijiri, Mausu 'atul Fiqhil Islami, juz 5, 2009, Baitul Afkar
Ad-Dauliyah).
Dalam membahas masalah ini, kita bisa menyimak uraian Syekh Wahbah
Zuhaili perihal ketentuan barang yang sah dijual menurut syara'
(agama). Menurut Az-Zuhaili, produk yang sah dijual harus berupa
harta, dapat dimiliki, dan bernilai. Berikut ini keterangan
lengkapnya.
-أن يكون المعقود عليه مشروعا يشترط أن يكون محل العقد قابلاً لحكمه
شرعاً، باتفاق الفقهاء (1)، بأن يكون مالاً مملوكاً متقوماً، فإن لم يكن
كذلك، كان العقد عليه باطلاً، فبيع غير المال كالميتة والدم (2)، أو
هبتها أو رهنها أو وقفها أو الوصية بها باطل؛ لأن غير المال لا يقبل
التمليك أصلاً أجاز الشافعية والحنابلة خلافاً لأبي حنيفة ومالك بيع حليب
المرأة المرضع للحاجة إليه وتحقيق النفع به، وأجاز الحنابلة بيع أعضاء
الإنسان كالعين وقطعة الجلد إذا كان ينتفع بها ليرقع بها جسم الآخر
لضرورة الإحياء، وبناء عليه يجوز بيع الدم الآن للعمليات الجراحية
للضرورة .
Artinya, "Syarat sah produk yang dijual adalah barang yang boleh
sesuai syariat. Barang yang menjadi tempat akad disyaratkan bisa
menerima jual-beli secara hukum syara'. Sesuai kesepakatan ulama,
produk yang dijual itu harus berupa harta, bisa dimiliki, dan
bernilai. Kalau syarat produk itu tidak terpenuhi, akad terhadap
barang itu batal (tidak sah). Menjual, menghibahkan, menggadaikan,
mewakafkan, atau mewasiatkan produk bukan harta seperti bangkai dan
darah, batal (tidak sah). Karena barang bukan harta pada dasarnya
tidak menerima status kepemilikan.
Berbeda dengan Imam Hanafi dan Imam Malik, ulama madzhab Syafi'i dan
madzhab Hanbali membolehkan akad-jual beli air susu perempuan untuk
suatu kepentingan dan sebuah manfaat.
Sementara ulama madzhab Hanbali membolehkan akad jual-beli organ tubuh
manusia seperti bola mata atau potongan kulit bilamana dimanfaatkan
untuk menambal tubuh orang lain sebagai kepentingan mendesak
menghidupkan orang lain. Atas dasar ini, menjual darah untuk
kepentingan operasi bedah seperti sekarang ini dibolehkan," (Lihat
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh,juz 10, Darul Fikr,
Beirut).
Syekh Wahbah Az-Zuhaili lebih lanjut memberikan batasan kategori
harta. Dengan kategori ini, kita memiliki batasan yang jelas terkait
produk yang boleh dijual. (bersambung)
manusia? Berikut ini akan kami posting artikel bersambung tentang
hukum jual beli organ tubuh manusia yang bersumber dari situs
nu.or.id.
Jual-beli dan transaksi lainnya pada dasarnya adalah dihalalkan.
Tetapi para ulama membuat batasan dan syarat-syarat yang mesti
dipenuhi agar transaksi jual-beli sah menurut syara' (agama).
Perihal jual organ tubuh manusia ini, para ulama berbeda pendapat.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama perihal kasus ini didasarkan pada
cara pandang mereka melihat sejauh mana tingkat maslahat dan mafsadat
dari jual-beli organ tubuh manusia dan seberapa vital organ yang
diperjualbelikan.
Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri secara jelas mengharamkan jual-beli
organ tubuh manusia. Menurutnya, menjual organ tubuh dapat merusak
fisik manusia. Berikut ini kutipannya.
حكم بيع أعضاء الإنسان: لا يجوز بيع العضو أو الجزء من الإنسان قبل الموت
أو بعده، وإذا لم يحصل عليه المضطر إلا بثمن جاز الدفع للضرورة، وحَرُم
على الآخذ. وإن وهب العضو أو الجزء بعد الموت لأي مضطر، وأُعطي مكافأة
عليها قبل الموت جاز له أخذها. ولا يجوز للإنسان حال الحياة أن يبيع أو
يهب عضواً من أعضائه لغيره؛ لما في ذلك من إفساد البدن، وتعطيله عن
القيام بما فرض الله عليه، وتصرفه في ملك الغير بغير إذنه.
Artinya, "Hukum menjual organ tubuh manusia: tidak boleh menjual organ
atau salah satu anggota tubuh manusia baik selagi hidup maupun setelah
wafat. Bila tidak ada unsur terpaksa kecuali dengan harga tertentu, ia
boleh menyerahkannya dalam keadaan darurat. Tetapi ia diharamkan
menerima uangnya. Jika seseorang menghibahkan organ tubuhnya setelah
ia wafat karena suatu kepentingan mendesak, dan ia menerima sebuah
imbalan atas hibahnya itu saat ia hidup, ia boleh menerima imbalannya.
Seseorang tidak boleh menjual atau menghibahkan organ tubuhnya selagi
ia hidup kepada orang lain. Karena praktik itu dapat merusak tubuhnya
dan dapat melalaikannya dari kewajiban-kewajiban agamanya. Seseorang
tidak boleh mendayagunakan (menjual, menghibah, dan akad lainnya)
milik orang lain tanpa seizin pemiliknya." (Lihat Muhammad bin Ibrahim
At-Tuwaijiri, Mausu 'atul Fiqhil Islami, juz 5, 2009, Baitul Afkar
Ad-Dauliyah).
Dalam membahas masalah ini, kita bisa menyimak uraian Syekh Wahbah
Zuhaili perihal ketentuan barang yang sah dijual menurut syara'
(agama). Menurut Az-Zuhaili, produk yang sah dijual harus berupa
harta, dapat dimiliki, dan bernilai. Berikut ini keterangan
lengkapnya.
-أن يكون المعقود عليه مشروعا يشترط أن يكون محل العقد قابلاً لحكمه
شرعاً، باتفاق الفقهاء (1)، بأن يكون مالاً مملوكاً متقوماً، فإن لم يكن
كذلك، كان العقد عليه باطلاً، فبيع غير المال كالميتة والدم (2)، أو
هبتها أو رهنها أو وقفها أو الوصية بها باطل؛ لأن غير المال لا يقبل
التمليك أصلاً أجاز الشافعية والحنابلة خلافاً لأبي حنيفة ومالك بيع حليب
المرأة المرضع للحاجة إليه وتحقيق النفع به، وأجاز الحنابلة بيع أعضاء
الإنسان كالعين وقطعة الجلد إذا كان ينتفع بها ليرقع بها جسم الآخر
لضرورة الإحياء، وبناء عليه يجوز بيع الدم الآن للعمليات الجراحية
للضرورة .
Artinya, "Syarat sah produk yang dijual adalah barang yang boleh
sesuai syariat. Barang yang menjadi tempat akad disyaratkan bisa
menerima jual-beli secara hukum syara'. Sesuai kesepakatan ulama,
produk yang dijual itu harus berupa harta, bisa dimiliki, dan
bernilai. Kalau syarat produk itu tidak terpenuhi, akad terhadap
barang itu batal (tidak sah). Menjual, menghibahkan, menggadaikan,
mewakafkan, atau mewasiatkan produk bukan harta seperti bangkai dan
darah, batal (tidak sah). Karena barang bukan harta pada dasarnya
tidak menerima status kepemilikan.
Berbeda dengan Imam Hanafi dan Imam Malik, ulama madzhab Syafi'i dan
madzhab Hanbali membolehkan akad-jual beli air susu perempuan untuk
suatu kepentingan dan sebuah manfaat.
Sementara ulama madzhab Hanbali membolehkan akad jual-beli organ tubuh
manusia seperti bola mata atau potongan kulit bilamana dimanfaatkan
untuk menambal tubuh orang lain sebagai kepentingan mendesak
menghidupkan orang lain. Atas dasar ini, menjual darah untuk
kepentingan operasi bedah seperti sekarang ini dibolehkan," (Lihat
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh,juz 10, Darul Fikr,
Beirut).
Syekh Wahbah Az-Zuhaili lebih lanjut memberikan batasan kategori
harta. Dengan kategori ini, kita memiliki batasan yang jelas terkait
produk yang boleh dijual. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar