Tawasul atau tawassul secara etimologis artinya adalah perantara,
sedang secara terminologis (menurut istilah) adalah :
َالْوَسِيْلَةُ هِيَ الَّتِيْ يُتَوَصَّلُ بِهَا إِلىَ تَحْصِيْلِ اْلمَقْصُوْدِ
"Wasilah adalah segala sesuatu yang dapat menjadi perantara untuk
mencapai tujuan" [Tafsir Ibnu Katsir : II/50]
Yang dimaksud dengan Tawassul adalah :
َالْوَسِيْلَةُ هِيَ طَلَبُ حُصُوْلِ مَنْفَعَةٍ أَوِ انْدِفَاعِ
مَضَرَّةٍ مِنَ اللهِ بِذِكْرِ اسْمِ نَبِِيٍّ أَوْ وَلِيٍّ إِكْرَامًا
لِلتَّوَصُّلِ
"Wasilah adalah memohon datangnya manfa'aat atau terhindar dari bahaya
kepada Allah dengan perantara menyebut nama nabi atau wali sebagai
penghormatan bagi keduanya. [Syarhul Qawim : 378]
Tawassul menjadi pilihan dalam berbagai permohonan. Pada hakikatnya
Allah jua yang mengabulkan do'a.
Pisau tidak memiliki kemampun memotong dari dirinya sendiri, dia hanya
penyebab yang alamiah memiliki potensi untuk memotong, Allah SWT. yang
menciptakan segala potensi memotong melalui pisau tersebut. [Al
Fajrush Shadiq : 53-54]
Dasar pelaksaanaan tawassul adalah ayat ayat Al Qur'an dan beberapa Al
Hadits, antara lain adalah, Firman Allah :
يَا أَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُواْ اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ
اْلوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُواْ فيِ سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan" [QS. Al Maidah : 35]
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاؤُوْكَ
فَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفِرْ َلهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوْا
اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang". [QS.An Nisa : 64.]
Shahabat Umar bin Al Khaththab RA. melakukan shalat istisqa' mohon
hujan juga melakukan tawassul :
عَـنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُواْ إِسْتَسْقىَ باِْلعَبّاسِ بْنِ عَبْدِ
اْلمُطَّلِّبِ فَقَالَ : الَلَّهُمَّ إِنَّا كُناَّ نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ
بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْناَ وَإِنَّا َنتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ
نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ: فَيُسْقَوْنَ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Apabila terjadi kemarau panjang, shahabat Umar bin Al Khaththab
bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muththallib. Kemudian berdo'a : "Ya
Allah kami telah bertawassul kepadamu dengan NabiMu, maka Engkau
turunkan hujan". Dan sekarang kami bertawassul lagi dengan paman Nabi
kami, maka turunkanlah hujan. Anas berkata : "Maka turunlah hujan
kepada kami". [HR. Al Bukhari].
sedang secara terminologis (menurut istilah) adalah :
َالْوَسِيْلَةُ هِيَ الَّتِيْ يُتَوَصَّلُ بِهَا إِلىَ تَحْصِيْلِ اْلمَقْصُوْدِ
"Wasilah adalah segala sesuatu yang dapat menjadi perantara untuk
mencapai tujuan" [Tafsir Ibnu Katsir : II/50]
Yang dimaksud dengan Tawassul adalah :
َالْوَسِيْلَةُ هِيَ طَلَبُ حُصُوْلِ مَنْفَعَةٍ أَوِ انْدِفَاعِ
مَضَرَّةٍ مِنَ اللهِ بِذِكْرِ اسْمِ نَبِِيٍّ أَوْ وَلِيٍّ إِكْرَامًا
لِلتَّوَصُّلِ
"Wasilah adalah memohon datangnya manfa'aat atau terhindar dari bahaya
kepada Allah dengan perantara menyebut nama nabi atau wali sebagai
penghormatan bagi keduanya. [Syarhul Qawim : 378]
Tawassul menjadi pilihan dalam berbagai permohonan. Pada hakikatnya
Allah jua yang mengabulkan do'a.
Pisau tidak memiliki kemampun memotong dari dirinya sendiri, dia hanya
penyebab yang alamiah memiliki potensi untuk memotong, Allah SWT. yang
menciptakan segala potensi memotong melalui pisau tersebut. [Al
Fajrush Shadiq : 53-54]
Dasar pelaksaanaan tawassul adalah ayat ayat Al Qur'an dan beberapa Al
Hadits, antara lain adalah, Firman Allah :
يَا أَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُواْ اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ
اْلوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُواْ فيِ سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan" [QS. Al Maidah : 35]
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاؤُوْكَ
فَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفِرْ َلهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوْا
اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang". [QS.An Nisa : 64.]
Shahabat Umar bin Al Khaththab RA. melakukan shalat istisqa' mohon
hujan juga melakukan tawassul :
عَـنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُواْ إِسْتَسْقىَ باِْلعَبّاسِ بْنِ عَبْدِ
اْلمُطَّلِّبِ فَقَالَ : الَلَّهُمَّ إِنَّا كُناَّ نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ
بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْناَ وَإِنَّا َنتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ
نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ: فَيُسْقَوْنَ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Apabila terjadi kemarau panjang, shahabat Umar bin Al Khaththab
bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muththallib. Kemudian berdo'a : "Ya
Allah kami telah bertawassul kepadamu dengan NabiMu, maka Engkau
turunkan hujan". Dan sekarang kami bertawassul lagi dengan paman Nabi
kami, maka turunkanlah hujan. Anas berkata : "Maka turunlah hujan
kepada kami". [HR. Al Bukhari].
Komentar
Posting Komentar