Zaman, dimana seseorang harus berjuang mempertahankan hidupnya,bekerja
mencari nafkah adalah sebuah pilihan. Lihatlah bagaimana seorang
pengamen bernyanyi ..aku mengamen daripada mencuri atau
korupsi...dengan suara yang lantang,kiranya pejuang pejuang kita di
desa desa terpencil amat layak menjadi bahan perhatian pemerintah dan
seluruh masyarakat. Bagaimana tidak ? Mereka mendarmabaktikan ilmu
pengetahuan mereka meski hanya sekedar a ba ta tsa pada santri santri
kecil tanpa jaminan imbalan jasa atau uang sabun sekalipun meski dari
orang tua santri itu sendiri. Para ustadz itu berjuang atas dasar iman
dan rasa tanggung jawab mereka untuk meninggikan kalimat Allah,
kemudian mereka mencari nafkah dengan berjualan roti, menjahit atau
bahkan menjadi tukang becak... Sungguh kontras sekali dengan
pemandangan para sarjana kita yang mengantri di pintu pintu instansi
untuk menyodorkan surat lamaran CPNS. Ya, semua orang berhak
mendapatkan pekerjaan yang layak demi kemanusiaan. Kalau pemerintah
saat ini mengeluh masih kekurangan untuk menggaji para guru
honorer, apatah lagi melirik nasib para ustadz di surau surau kecil di
pojok desa terpencil. Inilah momentum yang tepat untuk memberdayakan
zakat di kalangan umat untuk membantu mengangkat derajat dan martabat
kehidupan para ustadz di desa. Jangan sampai timbul pemikiran bahwa
mengajar ngaji daripada nganggur dan menunggu giliran untuk merantau
ke kota dengan menggadaikan iman dan islam mereka. Inilah tugas
pemerintah yang punya kekuasaan dan tugas masyarakat kita semua.
French Foreign Minister Bernard Kouchner takes off a Jewish skull-cap, or Kippa, at the end of a visit to the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem, Tuesday, Sept. 11, 2007. Kouchner is on an official visit to Israel and the Palestinian Territories. (AP Photo/Kevin Frayer) Eskalasi konflik di Aleppo beberapa hari terakhir diwarnai propaganda anti-rezim Suriah yang sangat masif, baik oleh media Barat, maupun oleh media-media “jihad” di Indonesia. Dan inilah mengapa kita (orang Indonesia) harus peduli: karena para propagandis Wahabi/takfiri seperti biasa, mengangkat isu “Syiah membantai Sunni” (lalu menyamakan saudara-saudara Syiah dengan PKI, karena itu harus dihancurkan, lalu diakhiri dengan “silahkan kirim sumbangan dana ke no rekening berikut ini”). Perilaku para propagandis perang itu sangat membahayakan kita (mereka berupaya mengimpor konflik Timteng ke Indonesia), dan untuk itulah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Tulisan i
Komentar
Posting Komentar